Atasi Persoalan Banjir
Sementara itu, Walikota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti mengakui jika masih banyak PR-PR Kota Semarang yang belum terealisasi.
“PR Semarang masih banyak, yang pertama soal banjir. Saya paham Unissula ini pasti menjadi terdampak pertama dari banjir di wilayah Timur yang belum selesai,” kata Agustina.
Menurut Agustina, pembangunan sheetpile digadang bisa menjadi salah satu solusi persoalan banjir di wilayah timur Semarang. Namun, karena pergantian kepemimpinan pusat 2025 ini sempat berhenti.
Meski demikian, ia menjamin dalam waktu dekat proyek sheet pile tersebut akan berlanjut dan mampu mengatasi persoalan rob dan banjir di wilayah timur Semarang.
Tak hanya sheet pile, nantinya akan dibangun pula kolam retensi yang merupakan bagian dari proyek nasional Tol laut Semarang – Demak. Saat ini, progresnya masih dalam tahap pembebasan lahan.
“Waktu rapat koordinasi dengan Gubernur dan Komisi 5 DPR RI, kami menuntut wilayah-wilayah yang banjir ini dengan cekdam. Cekdam bisa di bangun antara Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kendal. Hal ini supaya air yang datang dari atas, dari sungai bisa masuk cekdam dan ada warning system,” papar Agustina.
Dengan warning system itu, lanjut dia, maka pemerintah bisa melakukan mitigasi bencana dengan meminta warga mengungsi dan mengevakuasi.
Selain persoalan banjir, menurut Agustina, permasalahan kreak juga masih menjadi PR di Kota Semarang.
“Persoalan kreak, saat ini supporting sistem sedang di susun sedemikian rupa dalam rapat dengan teman-teman DPRD. Saat ini mulai proses pembahasan perubahan anggaran,” papar dia.
Untuk persoalan lingkungan hidup, Agustina terus melakukan intervensi baik dalam pengolahan sampah, penghijauan dan pencegahan polusi udara.
“Kemudian untuk persoalan sampah, minggu depan kami akan memutuskan Perwal baru penanganan sampah yang nanti pertanggungjawabannya ada di kecamatan. Dari kecamatan ke kelurahan sehingga tidak ada yang tercecer ketinggalan,” imbuhnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah