“Itu acara kita desain di (Gor) Jatidiri, yang undangannya mau dikasih ke Mas Gibran. Kita undang dan kita beri tempat khusus supaya milenial bisa melihat. Undangan harus hand to hand , aku gak mau ada kesalahan lagi. Saya akan mengirimkan undangan hand to hand, dalam acara yang mudah-mudahan jadi acara yang, ya mudah-mudahan ini belum dilaksanakan partai-partai lain,” bebernya.
Beberapa hari sebelumnya, Sekretaris DPD PDIP Jateng Sumanto mengatakan kepada awak media bahwa undangan Gibran ketlisut. Namun, Bambang Pacul lantas mengoreksi pernyataan tersebut.
“Bukan ketlisut yang bener, itu insiden karena case-nya dia merasa sudah ngirim dan sudah dicoret tetapi belum, karna waktu itu yang sedang mengerjakan itu dipanggil sama sekretaris dan yang kena lose itu Mas Gibran, sedangkan wakil walikotanya masuk Pak Teguh. Human error bisa kena siapa pun. Makanya saya kaget ketika ditanya, itu sekretariat itu. Yang saya janjiin saya cek, saya cek beneran kok,” terangnya.
Bukan kali pertama bermasalah dengan undangan
Bambang Pacul mengakui bahwa ini bukan kali pertama ia berkonflik dengan undangan. Beberapa momen sebelumnya, ia membeberkan perihal tak mengundang Ganjar dalam sebuah acara.
“(Pak Pacul pernah bermasalah dengan undangan?) Ini ya kalau dulu memang sengaja, saya akui. Misalnya Bambang Pacul itu gak suka Pak Ganjar, saya tidak suka pada perilakunya. Tetapi ketika ketua sudah memutuskan, gua urus, gua gak tolahtoleh, clear itu. Saya bukan pengambil keputusan politik kok. Saya pelaksana tugas keputusan politik,” tegasnya.
Namun, untuk pertemuan kepala daerah se-Jateng kemarin, ia tegaskan sudah tak ada sangkut pautnya terkait hal itu.
“Enggak ada, udah selesai. Nomor satu sebagai politisi gak boleh sakit hati, kalau di politisi kau suka sakit hati, maka kamu nanti susah hidupmu. Rugi sendiri,” ucapnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi