BACA JUGA: Walikota Semarang Apresiasi Festival Cheng Ho, Bisa Jadi Wisata Budaya Berbasis Sejarah
Perubahan pola hunian ini berpotensi mempengaruhi distribusi penduduk usia sekolah. Sekolah-sekolah di pusat kota menjadi lebih sepi, sementara daerah pinggiran justru mulai menghadapi tantangan lonjakan jumlah anak usia sekolah.
Namun, Yudi menegaskan bahwa fenomena ini masih bersifat indikatif dan memerlukan kajian mendalam.
“Ini hanya gambaran saja, seharusnya memang ada survei atau penelitian oleh lembaga yang melakukan itu. Untuk mengetahui pasti penyebabnya,” jelasnya.
Terkait faktor yang mempengaruhi penurunan angka kelahiran, Yudi menyebut bahwa bisa jadi penyebabnya sangat beragam. Mulai dari program Keluarga Berencana (KB), kondisi ekonomi masyarakat, hingga perubahan pandangan terhadap pernikahan dan memiliki anak.
Contohnya, penunda pernikahan, juga dinilai akan berdampak langsung pada penundaan kelahiran anak.
Ia menyebut, meski belum ada data resmi mengenai tren “childfree” di Kota Semarang, perubahan ini tetap harus menjadi perhatian.
“Mudah-mudahan tidak seperti negara-negara maju, yang mereka child free. Nah, mudah-mudahan tidak seperti itu di Indonesia. Tapi ini kemungkinan ada hubungannya dengan faktor-faktor lapangan kerja, ekonomi dan sebagainya,” imbuhnya.
Yudi menegaskan bahwa Angka Kelahiran memang menurun, tetapi secara keseluruhan jumlah penduduk Kota Semarang masih relatif stabil, yakni di kisaran 1,7 juta jiwa.
Hal ini disebabkan oleh banyak faktor lain seperti perpindahan penduduk masuk dan keluar kota, kematian, serta mobilitas administratif.
“Jangan hanya lihat dari Angka Kelahiran. Ada orang datang ke Semarang, ada yang pindah dari sini. Bisa jadi orang masih tercatat di Semarang, tapi sudah merantau atau pindah domisili ke kota lain. Itu semua mempengaruhi data,” paparnya.
Sementara itu, program “Dua Anak Cukup” yang menjadi bagian dari kampanye pengendalian penduduk oleh pemerintah pusat masih berjalan.
Menurut Yudi, prinsip dari program ini adalah menciptakan keseimbangan populasi, jika dua orang tua memiliki dua anak, maka akan terbentuk pertumbuhan nol atau zero growth.
“Program pemerintah saya pikir tentunya sudah ada perhitungan maksud dan tujuan adanya program itu. Tentunya ya dalam rangka pengendalian penduduk,” imbuhnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah