SEMARANG, beritajateng.tv – Jawa Tengah kini tengah dilanda penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak. Adapun temuan tersebut terjadi di 25 kabupaten/kota.
Laporan temuan PMK ini berasal dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan). Bahkan, dari catatan sementara, sudah ada sebanyak 900 hewan ternak terindikasi penyakit menular tersebut.
Kepala Pelaksana tugas (Plt) Disnak Keswan Jateng, Ignasiun Haryanta Nugraha, mengatakan kembali merebaknya kasus PMK ini karena pengaruh musim hujan. Sebab, kondisi lembab saat curah hujan tinggi membuat hewan ternak mudah terserang penyakit.
“Kita sebenarnya sudah memprediksi kasus akan muncul memasuki musim basah, karena kondisi kesehatan ternak turun,” kata Ignasiun.
BACA JUGA: Sumanto Dorong Berternak Jadi Penghasilan Pokok, Syaratnya Harus Menguntungkan
Ia menyebut bahwa hewan yang terkenal PMK tersebut merupakan hewan ternak yang belum vaksin sebanyak dua kali.
“Dan hasil tracing kita, yang kena PMK itu adalah hewan ternak yang belum/tidak vaksin tahun lalu, atau baru vaksin satu kali, padahal harusnya dua kali untuk bisa menjaga kekebalan tubuh,”tambah Ignasiun.
Sebelumnya, kasus PMK ini sempat mencuat di tahun 2022, kemudian mulai menurun menjelang tahun 2023 akhir. Lalu, memasuki pertengahan 2024, kasus ini kembali mencuat di sejumlah kabupaten/kota.
“Catatan data di Isikhnas, gejala PMK ada di 25 kabupaten/kota, tapi beda-beda, ada yang 1-2 ekor. Kalau yang masif [banyak], terjadi di Sragen, Grobogan dan Wonogiri,” sambungnya.
Kendati demikian, Ignasiun tak merinci ada berapa temuan kasus PMK di tiga daerah masif tersebut. Namun, bila di total secara keseluruhan di 25 kabupaten/kota, sudah ada 600 kasus PMK di Jawa Tengah.
“Sebelum Natal 2024 sebenarnya mulai ada kasus PMK ini. Sehingga di 2025 sudah terdata 600 ekor kena indikasi PMK. Kalau 2024, ada 9.000 kena PMK dan sebagian besar sembuh, selamat karena tak terlambat penanganannya,” bebernya.