Ia mengungkapkan, pragmatisme atau cara berpikir sempit tersebut akan menjadi masalah besar bagi demokrasi.
“Yang tadinya harus ikut serta dalam pemilu, ikut serta untuk menentukan pemerintahan, sekarang itu jadi masalah besar karena ada jual beli suara. Dan sebagian masyarakat kita masih menikmati itu,” paparnya.
Mahasiswa Tak Boleh Apatis dalam Politik
Menurutnya, gerakan radikalisme juga menjadi musuh utama dalam demokrasi, baik radikalisme kanan maupun kiri.
“Ibarat air, demokrasi pasti akan menemukan jalannya sendiri. Oleh karena itu, saya kira bahwa demokrasi tetap harus bertumbuh dan hanya orang yang salah yang membendung demokrasi tersebut, apalagi sampai mematikannya,” tutupnya.
Sebagai agent of change, tentu mahasiswa memiliki peran penting dalam menentukan masa depan bangsa, termasuk dalam gerakan politik.
BACA JUGA: [Video] Moeldoko Terima Gelar Doktor HC dari Unnes
Peserta kuliah umum dan bedah buku ‘Aldera’ sekaligus mahasiswi Fakultas Ekonomi Unnes, Khoerunnisa (19) antusias mengikuti acara ini. Baginya, mahasiswa tidak boleh apatis dan acuh dalam hal politik.
“Waktu tahu ada acara bedah buku ‘Aldera’, aku semangat banget buat ikut. Ini kan juga sebagai ajang mahasiswa buat belajar lebih dalam soal politik dan demokrasi ya,” tuturnya.
Ia berharap, kampus-kampus lain bisa menggelar kuliah umum seperti ini. Sebab tahun 2024 mendatang adalah tahun politik dan pesta demokrasi bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Harapannya sih acara kaya gini bisa terus ada, kalau bisa ada pada kampus lain di Semarang,” tutupnya. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto