“Kita diseleksi, otomatis kita nggak saling kenal di satu, mau nggak harus kompak. Susahnya itu nyatuin orang yang beda sifat dan emosinya biar bisa kompak dan selaras,” ucapnya.
Bangun chemistry kekompakan
Tak hanya itu, Khansa menyebut juka kepribadian tiap anggota juga berbeda-beda. Ada yang introvert ada pula yang ekstrovert. Oleh karena itu, mereka memiliki strategi dan cara-cara unik dalam membangun kekompakan.
“Kita kumpul doang nggak ada latihan, cuma ngomongin keluh kesahnya apa, kita berusaha terbuka satu sama lain. Itu yang bikin chemistrynya dapat dan bisa tampil kompak,” tutur dia.
Sementara itu, Ketua Delegasi Misi Budaya Ratoh Jaroe, Carissa Putri Fajriani, menambahkan, timnya berhasil mengungguli peserta dari berbagai negara. Kompetisi tersebut diikuti oleh negara-negara seperti India, Sri Lanka, Filipina, Bangladesh, Thailand, Kamboja, dan Amerika Serikat.
Carissa juga mengakui bahwa pihaknya sempat mengalami demam panggung sebelum penampilan. Hal ini wajar, mengingat ini adalah pengalaman pertama mereka tampil di tingkat internasional untuk mewakili Indonesia.
BACA JUGA: Lestarikan Budaya, Guru Sekolah Mataram Semarang Berlomba-lomba Belajar Karawitan Usai Mengajar
Namun, tim Ratoh Jaroe dari SMAN 4 Semarang memiliki ritual khusus sebelum naik panggung. Dengan persiapan ini, mereka berhasil meraih posisi juara kedua di ajang 31st Thailand International Folklore Festival 2024.
“Kami memiliki kebiasaan untuk berkumpul dan berdoa bersama sebelum tampil. Tujuannya adalah agar semuanya berjalan lancar selama acara. Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan baik,” tandas Carissa. (*)
Editor: Farah Nazila