Karakteristik suami semacam ini tidak hanya menciptakan ketegangan emosional, tetapi juga menjadi pemicu bagi perilaku kekerasan yang lebih serius.
Kecemburuan yang ekstrem biasanya bukanlah tanda cinta, melainkan indikasi dari ketidakpercayaan yang mendalam dan kebutuhan untuk mengontrol pasangan, yang bisa berkembang menjadi bentuk kekerasan fisik atau psikologis dalam rumah tangga.
Pengalaman Masa Kecil yang Buruk
Pria yang tumbuh dalam lingkungan keluarga di mana kekerasan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sering kali mengalami dampak psikologis yang mendalam.
Sejak kecil, mereka mungkin melihat kekerasan sebagai cara yang normal untuk menyelesaikan konflik atau mengekspresikan emosi. Sehingga membentuk pola pikir bahwa kekerasan adalah bagian yang wajar dari hubungan.
Ketika dewasa dan memasuki pernikahan, dari alam bawah sadar mereka cenderung mengulangi pola perilaku yang mereka lihat dan alami di masa kecil.
BACA JUGA: Penyebab Armor Toreador Lakukan KDRT ke Cut Intan Nabila, Polisi: Ketahuan Nonton Video Asusila
Tanpa intervensi atau dukungan yang tepat, seperti terapi atau pendidikan mengenai cara sehat dalam berkomunikasi dan mengelola emosi, pria ini berisiko meneruskan siklus kekerasan yang telah terbentuk dalam pikirannya.
Lingkaran kekerasan ini tidak hanya merugikan pasangan dan anak-anak, tetapi juga memperkuat trauma antar generasi.
Semua karakteristik di atas dapat diatasi dengan keterbukaan antara suami dan istri dalam berkomunikasi.
Itulah beberapa karakteristik suami yang berpotensi melakukan KDRT.(*)