“Itu kelihatan reaksi masyarakat dunia, yang kalau dari kacamata orang awam ya kita berharap ini dapat memberi tekanan psikologis, meskipun dari sisi international policy kita tidak mempunyai apa-apa karena ini hanya gerakan moral,” ujar Wahyu.
Mengenai dampak, gerakan boikot ini tidak akan menimbulkan efek sebesar krisis finansial yang terjadi di sebuah perusahaan.
“Ini sifatnya sangat selektif kepada perusahaan yang terafiliasi atau declare secara langsung, tapi akan kita lihat seberapa lama konstelasinya, kalau memburuk dan semakin besar. Saya kira akan berdampak serius terhadap indikator pasar keuangan di domestik,” ujarnya.
Menilik alasan perusahaan besar menyatakan deklarasi dukungan terhadap Israel
Terkait alasan mengapa beberapa perusahaan besar internasional memilih lakukan deklarasi dukungan terhadap Israel, Wahyu mengungkap adanya pertimbangan oleh internal.
“Di kaca mata orang awam berisiko, tapi itu adalah bagian internal menejemen yang bertolak belakang dengan cara pandang mereka (orang awam). Kalau berani declare berarti sudah mempetimbangkan risiko,” tandasnya.
Sebagai informasi, perusahaan lainnya seperti Walt Disney juga turut terdampak. IDX Channel melansir, saham perusahaan itu turun 0,59 persen pada 12 Oktober, mencapai 83,1 dolar AS per saham.
Begitu juga dengan saham McDonald‘s telah jatuh ke level terendah sejak 27 Oktober 2022. Adapun nilainya mencapai rekor terendah 245,5 dolar AS per saham pada 12 Oktober dan terus menurun hingga sesi perdagangan hari selanjutnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi
Respon (1)