Scroll Untuk Baca Artikel
FeatureHeadline

Berdiri Sejak 1934, Anggota Theosofi Tolak Disebut Agama dan Aliran Kepercayaan

×

Berdiri Sejak 1934, Anggota Theosofi Tolak Disebut Agama dan Aliran Kepercayaan

Sebarkan artikel ini
Sanggar Theosofi Semarang
Para anggota Theosofi berkegiatan di Sanggar Wijayakusuma Semarang. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Jika mendengar kata Theosofi, tak sedikit orang yang langsung mengarah pada konteks agama dan aliran kepercayaan. Aliran filsafat Theosofi berkembang di Semarang. Sanggar Wijayakusuma menjadi tempat mereka berkegiatan.

Menurut penganutnya, Theosofi tak cocok mendapat sebutan agama maupun aliran kepercayaan. Hal ini dibeberkan langsung oleh Sekretaris Pusat Persatuan Warga Theosofi Indonesia (Perwathin) Yohana Ina kepada beritajateng.tv saat berkunjung ke Sanggar Wijayakusuma, Jalan DI Panjaitan Semarang.

Yohana membenarkan Theosofi di Indonesia berada dibawah naungan Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI). Namun hal itu hanya untuk legalitas semata.

“Untuk legalitas dan semacamnya masuknya memang ke MLKI. Sebenarnya ini sih bukan ke kepercayaan, tapi ke sains ya. Lebih seperti filsafat. Tapi untuk legalitas, maka masuknya ke MLKI. Itu yang membawahi seluruh kepercayaan yang ada di Indonesia,” ucap Yohana kepada beritajateng.tv di Sanggar Wijayakusuma, Jumat, 16 Juni 2023.

BACA JUGA: Menelusuri Jejak Penganut Theosofi di Kota Semarang, Aliran Filsafat yang Sering Disangka Agama

Perempuan yang berprofesi sebagai pengajar matematika itu juga menegaskan bahwa perkumpulan Theosofi ini bersifat resmi dan berbadan hukum. Bukan perkumpulan yang sifatnya menyesatkan atau konteks negatif lainnya.

“Waktu terakhir saya mengikuti itu, ada sekitar 280-an organisasi seperti ini ya yang resmi, yang tercatat di Direktorat Jenderal Pendidikan itu. Mungkin sekarang nambah. Theosofi itu tercatat dibawah naungan MLKI,” tegasnya.

Tak selayaknya agama maupun aliran kepercayaan, warga Theosofi tidak melakukan ibadah saat berkumpul. Melainkan berdiskusi hingga melakukan bedah buku Theosofi setiap minggunya.

“Tidak ada ibadahnya, kita masih beribadah sesuai agama masing-masing,” ucap Yohana.

Theosofi menalar secara logis ajaran agama

Meskipun bukan sebagai sebuah agama, namun Theosofi tak luput dari ajaran kebenaran setiap agama. Tak heran, diskusi Theosofi pastinya akan menyangkut tentang kebenaran serta ajaran agama maupun aliran kepercayaan tertentu.

Menanggapi hal tersebut, Yohana menilai eksistensi Theosofi justru membantunya mengenal agama yang anggota yakini lebih mendalam. Bahkan, rasa toleransi antaragama semakin terbentuk kuat setelah ia mempelajari Theosofi dan bergabung menjadi anggota sanggar.

Dengan kata lain, hadirnya Theosofi dalam hidup Yohana membuatnya mampu menalar secara logis tentang apa ajaran agama. Tak semata-mata langsung menerima tanpa mengetahui alasan ajaran tersebut.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan