“Stigma negatif masih kuat, sehingga banyak orang enggan mencari pertolongan. Yang perlu kita normalisasi adalah keberanian untuk menemui psikolog atau psikiater, bukan justru menutupi masalah,” kata Tara.
Di lain sisi, Plt. Direktur RS Jiwa Daerah Dr. Arif Zainudin Surakarta, Wahyu Nur Ambarwati, menyebut lebih dari 90 persen pasien rawat inap di RSJD adalah peserta JKN.
Rumah sakit tersebut menyediakan 213 tempat tidur, termasuk fasilitas rehabilitasi psikososial untuk membantu pasien kembali produktif.
Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel Siregar, pun menegaskan perlunya sosialisasi lebih luas terkait skrining kesehatan jiwa.
“Gangguan jiwa terus meningkat tiap tahun. Program JKN harus memberikan layanan yang inklusif, berkesinambungan, dan tidak diskriminatif,” ujarnya.
Timboel berharap fasilitas kesehatan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) juga makin kuat agar masyarakat lebih cepat mendapatkan penanganan. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi