SEMARANG, beritajateng.tv – Layaknya waktu yang terus berjalan, tren desain arsitektur bangunan dari masa ke masa juga mengalami perubahan. Memasuki tahun 2024 ini, tren desain arsitektur diprediksi akan kembali pada konsep alam yang ramah lingkungan.
Artinya, desain arsitektur akan lebih mengedepankan keberlanjutan atau sustainability.
Hal tersebut disampaikan oleh Dosen Arsitektur Soegijapranata Catholic Univeristy (SCU), Antonius Ardiyanto. Ia menilai, desain arsitektur yang memiliki sustainability baik saat ini lebih relevan dari pada desain arsitektur minimalis.
Menurutnya, konsep minimalis yang sempat naik daun ternyata tak cukup sustainable dan ramah lingkungan. Hal tersebut lantaran desain minimalis cenderung banyak menggunakan material kaca.
BACA JUGA: Gedung Butterworth Roboh, Dosen Arsitektur SCU: Maksimalkan Pemanfaatan Bangunan Tua di Kota Lama
“Kalau begitu bangunan akan lebih banyak terpapar cahaya matahari. Sehingga memicu suhu ruangan meningkat. Akibatnya penggunaan energi lebih besar berupa air conditioner (AC) yang juga memicu pemanasan global,” ujarnya saat beritajateng.tv temui, beberapa waktu yang lalu.
Selain arsitektur perumahan, desain arsitektur sustainbilty juga merambah pada bangunan komersil seperti kafe. Menurutnya, banyak pihak yang telah sadar akan pentingnya sirkulasi udara yang memanfaatkan bukaan alami.
Namun demikian, desain arsitektur yang berorientasi pada ramah lingkungan tidak lantas mengesampingkan penggunaan AC sama sekali. Ardiyanto menyebut, pemakaian AC masih relevan dalam kondisi tertentu.
“Kafe-kafe sekarang trennya memanfatkan alam. Misal tempat duduk di bawah pohon, itu menjadi diminati. Intinya sekarang tidak harus semuanya di dalam bangunan dan ber-AC,” imbuhnya.
Arsitektur bangunan yang kolaboratif dan tak lekang oleh waktu
Lebih lanjut, ia mengungkapkan jika arsitektur yang inklusif juga akan menjadi primadona ke depannya. Yakni, desain arsitektur yang bersifat kolaboratif, multifungsi, dan berorientasi pada masa depan.