SEMARANG, beritajateng.tv – Para pelestari musik tradisional terus bertahan di tengah gempuran budaya pop dan musik dari luar negeri. Salah satunya adalah Grup Siteran dan Campursari Tresno Budoyo. Grup Siter Tresno Budoyo terus mempertahankan musik tradisional asal Jawa Tengah tersebut.
Grup rintisan Salim Nugroho tersebut sudah berdiri sejak tahun 1990. Salim menjelaskan, Grup Siter Tresno Budoyo berawal dari seniman jalanan pemain alat musik siter.
“Grup Siter Tresno Budoyo itu kumpulan para seniman-seniman jalanan, dalam arti memainkan kesenian Jawa tapi keliling dari kampung ke kampung,” kata Salim kepada beritajateng.tv, belum lama ini.
BACA JUGA: Mengenal Shofar, Alat Musik dari Tanduk Domba Untuk Berdoa dan Beribadah
Saat itu, mereka hanyalah bermain siter dengan cara berkeliling dari perumahan satu ke perumahan lainnya, dari satu kampung ke kampung lainnya. Hingga akhirnya, pada 1990, Salim menginisasi adanya perkumpulan dengan nama Tresno Budoyo.
Awalnya Tresno Budoyo bukanlah perkumpulan resmi. Bahkan, mereka tidak secara khusus menentukan struktur organisasi. Namun, mereka menyadari pentingnya terdata, hingga kemudian memutuskan untuk mendaftarkan diri ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang pada tahun 2003.
“Awalnya ada lima orang. Tapi karena sudah lama, ada yang sepuh, ada yang sudah meninggal. Sekarang tinggal tersisa tiga personel yang bergabung sejak awal,” lanjutnya.
Lantaran keterbatasan personel, Tresno Budoyo tak jarang mengajak pemain dari luar kelompok. Hal itu lantaran dalam setiap penampilan mereka akan menyesuaikan permintaan.
Kisah Grup Siter Tresno Budoyo tampil di program televisi nasional
Biasanya dalam sekali tampil, jelas Salim, satu formasi terdiri dari 5 komposisi. Yaitu siter kecil, siter besar, kendang, bass dan vokal. Namun, tidak menutup kemungkinan penampilan hanya dibawakan oleh satu orang.