“Mau sobek, mau berubah warna, ya tetap ini. Sampai benar-benar tidak layak pakai, baru kita ganti. Gantinya pun tidak seperti umat yang membeli baju baru. Kita semua ada prosedurnya, ada pembacaan Paritta untuk ambil jubah tersebut,” papar Bhante Wawan.
Cerita unik lainnya datang dari seorang Bhikku Thailand Phra (re: sebutan Bhante dalam bahasa Thailand) Wichai. Sebagai seorang Biksu Kammatthana atau yang dikenal Biksu hutan, menempuh perjalanan ribuan kilometer dengan berbagai medan yang sulit bukanlah hal baru bagi dirinya.
“Bagi saya, perjalanan menuju ke Candi Borobudur ini adalah momen yang sangat penting,” ungkap Phra Wichai.
Telah menjajal berbagai negara sebagai wujud bhaktinya, ia bercerita soal kondisi jalan Indonesia yang tak jauh berbeda dengan negara India. Tak luput ia menyampaikan sedikit kritik soal sampah yang kerap ditemukan saat menempuh perjalanan menyusuri berbagai daerah di Indonesia.
“Kondisi jalan di indonesia sama seperti di negara lain, tapi sedikit kritik ya, banyak sampahnya. Indonesia sama India hampir sama, india lebih kotor lagi,” ungkapnya.
“Tetapi kami tidak menyerah, karena kita sudah biasa datang ke beberapa negara dan kita happy saja. Indonesia kotor kan tidak semuanya kotor, kalau di Malaysia itu bersih, Singapura bersih, dan Thailand itu bersih. Kalau di India itu (sambil menggeleng-gelengkan kepala), kotoran sapi juga banyak,” pungkasnya (*).
Editor: Andi Naga Wulan.