Scroll Untuk Baca Artikel
Jateng

Cerita Unik Perjalanan Biksu Thudong, Mulai dari Suhu Ekstrem Hingga Hanya Miliki Satu Jubah

×

Cerita Unik Perjalanan Biksu Thudong, Mulai dari Suhu Ekstrem Hingga Hanya Miliki Satu Jubah

Sebarkan artikel ini
cerita unik Biksu Thudong
Cerita unik Biksu Thudong yang merasakan suhu ekstrem dan hanya miliki satu jubah. Minggu (28/5/2023). (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv).

SEMARANG, beritajateng.tv – Perjalanan sekitar 2.600 kilometer Biksu Thudong melalui empat negara, yakni Thailand, Malaysia, Singapura, dan berakhir di Indonesia tentu ada terbesit cerita unik nan menarik.

Saat pertama kali menginjakan kaki di Vihara Adi Dharma, Kota Semarang, 2 (dua) perwakilan Biksu Thudong asal Cirebon dan Thailand bercerita kepada awak beritajateng.tv terkait pengalamannya selama melakukan Thudong.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Biksu asal Cirebon Bhante Wawan mengaku sempat mengalami iklim ekstrim hingga menyentuh angka 43 derajat. Bahkan, para Biksu tak boleh berjalan pada pukul 11.00 hingga 13.00.

“Kemarin sempat 43 derajat. Jadi pada waktu di Thai dan Malay, kita jam 11 istirahat. Kita tidak boleh melakukan perjalanan sampai jam 1 karena benar-benar ekstrim banget. Kalau di Indonesia sudah biasa, 30-34 derajat itu sudah biasa,” ungkap Bhante Wawan, Minggu (28/5/2023).

Berjalan ribuan kilometer dengan hanya berbekal satu jubah turut menjadi cerita unik yang berhasil kami rangkum ketika berbincang dengan Bhante Wawan. Pasalnya, tak banyak yang mengetahui bahwa seorang Biksu sesungguhnya hanya memiliki satu jubah saja.

Dengan sangat ramah, Bhante Wawan bercerita soal filosofi jubah jingga yang dikenakan oleh para Biksu. Sebelumnya, ia menjelaskan bahwa pakaian lengkap yang dikenakan oleh Biksu terdiri dari jubah, angsa, sarung, dan sanghati.

“Kita masuk sebagai Biksu, jubah itu hanya satu, angsa satu, sarung satu, sanghati satu. Jadi sebenarnya untuk sarung bisa ada dua, angsa juga bisa ada dua. Tapi kalau sanghati sama jubah itu hanya satu,” ungkap Bhante Wawan.

“Biasanya kalau sore kita cuci, kita jemur. Besok pagi kalau basah atau kering kita pakai. Kecuali kalau dia (Biksu Thudong) mau ganti sanghati, dia pakai sanghati dari sini (Vihara),” imbuhnya.

Cerita unik Biksu Thudong, Tak Boleh Berganti Jubah

Menariknya, bagaimana pun keadaan jubah yang dimiliki oleh Biksu tak akan diganti hingga kondisinya benar-benar tidak layak pakai. Bukan tanpa alasan, penggantian jubah seorang Biksu harus melalui rangkaian prosesi upacara yang panjang.

Tinggalkan Balasan