Irma menuturkan, peran aktif warga, kelompok karang taruna, hingga sekolah-sekolah ikut memperkuat sistem kewaspadaan dini terhadap DBD.
Selain itu, tutur Irma, kegiatan PJN (Pemberantasan Jentik Nyamuk) pun rutin berlangsung pada lingkungan padat penduduk. Terlebih, Irma menyebut keterlibatan orang tua juga meningkat dalam melindungi anaknya dari gigitan nyamuk.
Dinas Kesehatan Jawa Tengah minta warga tak terlena meski kasus DBD menurun, ini alasannya
Meski angka kasus DBD menurun, Irma mengingatkan agar masyarakat tidak terlena. Ia menjelaskan, sebagian warga tampak aman dari DBD karena masih memiliki antibodi dari infeksi sebelumnya, namun kekebalan itu tidak bertahan lama.
“Orang yang sudah pernah kena DBD memang punya antibodi, tapi kita tidak boleh lengah. Anak-anak yang lahir tahun ini, tahun depan bisa berpotensi kena karena belum punya kekebalan,” tegasnya.
Ia menambahkan, faktor daya tahan tubuh yang baik dan kebiasaan hidup bersih juga memberi dampak signifikan terhadap penurunan kasus.
BACA JUGA: Kasus dan Kematian DBD di Jateng Turun Drastis, Kota Semarang Catat Angka Tertinggi
Lebih jauh, Dinas Kesehatan Jawa Tengah menegaskan bahwa penurunan angka kematian bukan alasan untuk menurunkan kewaspadaan terhadap DBD.
Upaya pemberantasan sarang nyamuk dan edukasi lingkungan bersih harus terus berjalan secara konsisten, utamanya di wilayah sekolah dan perumahan padat penduduk.
“Kemungkinan karena Pokja DBD sudah banyak berdiri, masyarakat lebih sadar pola hidup bersih dan sehat, curah hujan tinggi, daya tahan tubuhnya bagus, dan kesadaran orang tua juga meningkat,” pungkas Irma. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













