Meski demikian, media sosial juga menjadi salah satu tantangan terbesar anak muda dalam menghadapi tahun politik 2024. Pasalnya, tidak semua informasi atau kampanye yang ada di media sosial bersifat mendidik.
“Ini tantangan literasi digital politik. Politik yang menghibur juga banyak, misal joget. Politik yang menghibur juga menarik, tapi harus seimbang dengan kemampuan membaca, mencermati program gagasan, dan melihat latar belakang,” ungkap Wahid.
Debat capres: Pembekalan literasi digital anak muda
Lebih jelas, pengamat politik lainnya, Muchamad Yulianto mengatakan jika kalangan anak muda lebih banyak mencari berita atau informasi terkait politik di media sosial. Mulai dari TikTok, Instagram, dan Twitter/X. Ia pun menyebut penting untuk membekali anak muda tentang literasi media digital dalam menghadapi tahun politik 2024 mendatang.
BACA JUGA: Elektabilitas Merosot, Pengamat Politik Nilai Ganjar Blunder dan Serba Salah, Ini Alasannya
“Mana berita yang bisa diterima masuk akal, rasional, dan bisa diterima gagasannya secara bertanggung jawab. Setidaknya ada informasi sandingan yang memuat perspektif lain, sehingga mereka menjadi kaya informasi,” tutur dosen Undip Semarang itu.
Yulianto pun berharap, kontestasi politik kali ini dapat berlangsung mendidik dan mengedukasi masyarakat. Menurut Yulianto, politik seharusnya memberi pengetahuan baru bagi masyarakat bahwa politik hanya sebagai alat untuk mengelola negara dengan baik dan untuk kemajuan kesejahteraan bersama.
“Karena nanti bisa mengaburkan tujuan politik, yaitu mencari yang terbaik untuk kemajuan negeri, itu yang harus tertanam terus kepada generasi muda,” pungkasnya.(*)
Editor: Farah Nazila
