Situasi tanpa kontrol membuat siswa bebas melakukan kekerasan. Kondisi ini menimbulkan sorotan besar terhadap lemahnya pengawasan sekolah.
4. Korban Kejang-kejang dan Tewas di Ruang Kelas
Setelah menerima pukulan, Angga kejang di depan teman-temannya. Ia kemudian dibawa ke UKS, namun meninggal di sekolah sekitar pukul 11.00 WIB.
“Kami menerima kabar Angga meninggal di sekolah. Katanya sempat teman-temannya keroyok,” ungkap paman korban, Suwarlan (45).
BACA JUGA: Marak Kasus Perundungan dan Pelecehan, UIN Walisongo Semarang Siap Cetak Dokter Berakhlak Islami
5. Hasil Autopsi Ungkap Penggumpalan Darah di Kepala
Jenazah Angga diautopsi di RSUD Dr. R. Soedjati Soemodiardjo Purwodadi. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya penggumpalan darah di otak akibat benturan keras.
“Ada penggumpalan darah di kepala,” ujar Suwarlan di rumah duka Desa Ledokdawan, Kecamatan Geyer.
6. Pemakaman Jenazah di Desa Ledokdawan
Setelah autopsi selesai, jenazah Angga dibawa ke rumah duka. Pemakaman berlangsung pada Minggu, 12 Oktober 2025 pagi di pemakaman umum Desa Ledokdawan.
Keluarga lantas menunggu orang tua korban yang datang dari Cianjur, Jawa Barat.
7. Polisi Periksa Para Saksi dan Dalami Kasus
Kasat Reskrim Polres Grobogan, AKP Rizky Ari Budianto, menyebut penyidik masih memeriksa sejumlah saksi, termasuk teman sekelas dan guru.
“Proses penyelidikan masih berjalan. Banyak saksi yang kami periksa,” katanya. Polisi pun mendalami dugaan penganiayaan dan kelalaian pengawasan sekolah.
Keluarga berharap pelaku mendapat hukuman setimpal. Tragedi ini menjadi pengingat bahwa sekolah harus menjadi tempat aman bagi anak, bukan ruang kekerasan. (*)