Di lain sisi, TPD berkoordinasi melakukan cek finger (cek sidik jari) untuk memastikan identotas kelayan sesuai dengan data kependudukan. “Ini kita koordinasikan agar jelas dari mana asalnya, dan diketahui ternyata kelayan berasal dari Pati,” jelasnya.
Pendampingan administrasi, lanjutnya juga menjadi tugas TPD. Selain itu, pihaknya juga melakukan monitoring secara langsung maupun tidak langsung. “Kadang kita koordinasi lewat chating atau telepon dengan petugas rumah sakit, kadang juga kita cek sendiri perkembangannya, tergantung situasi,” ucapnya.
Namun demikian untuk mengembalikan kelayan kepada keluarga bukan perkara mudah. Sebab mesti memperhatikan banyak hal seperti kesiapan keluarga.
Kepala Seksi (Kasie) Tuna Susila dan Perdagangan Orang (TSPO) Dinsos Kota Semarang, Bambang Sumedi mengatakan, telah mengantarkan pasien ODGJ tersebut kepada keluarganya di Pati.
“Kita terus komunikasikan kepada Dinsos setempat agar mengedukasi keluarga terlebih dahulu agar pasien tidak kambuh dan kembali ke jalan,” terangnya.
Terlebih lagi, dirinya mendapat kabar bahwa kelayan tersebut pernah dirawat di Panti eks psikotik Pangrukti Mulyo Rembang. “Dia ini pernah dirawat di panti tapi kabur dan entah bagaimana bisa sampai Semarang,” Katanya.
Saat dipertemukan dengan keluarga, lanjutnya, proses reuni (istilah Dinsos untuk pengembalian kelayan kepada keluarga,-red) belum berhasil sepenuhnya. Sebab masih ada keraguan atau ketakutan jika sewaktu-waktu kambuh.
“Ibu dari kelayan kami dihadirkan di panti. Jadi reunifikasi di panti, tidak di rumah. Kemudian pihak keluarga kelayan menghendaki dirawat di panti dulu. Katanya kalau di rumah buat masalah dan pergi-pergi. Nanti setelah dilihat ada perkembangan keluarga akan jemput. Apalagi saat ini kondisi kelayan masih belum stabil, makanya belum bisa menerima. Keluarga juga menyatakan akan ke panti setiap saat untuk menjenguk,” urainya. (Ak/El)