“Sahabat Mata di Mijen, dia punya lembaga pendidikan untuk tuna netra Al Qur’an. Saya pikir hanya satu-satunya sahabat mata ini yang mengajarkan. Sampai muridnya dari Sulawesi, dari Kalimantan datang ke sini. Itu sekarang sudah jalan,” bebernya.
Relawan Yayasan Amanah Takaful, Elis Sutriyati, mengemukakan untuk belajar Al-Qur’an braille bisa membutuhkan waktu sampai bertahun-tahun. Sebab, pada proses mengenal dasar-dasar Al-Qur’an braille saja tidak mudah. Maka, menurutnya kegiatan workshop Al-Qur’an braille menjadi penting. Selama ini, metode mengajarkan Al-Qur’an kepada muridnya dengan drill, atau menyajikan materi dengan melatih ingatannya.
Pada workshop yang diselenggarakan pada 30-31 Juli 2022 nanti di Banjarnegara, harapannya akan menambah tenaga pengajar PAI yang menguasai Al-Qur’an braille. Selanjutnya terbentuk komunitas guru Al-Qur’an braille yang bisa saling sharing dan mengembangkan kapasitas dan kapabilitas.
Workshop yang baru pertama kali diselenggarakan Yayasan Amanah Takaful akan diikuti 20 guru PAI. Mereka antara lain dari Banjarnegara, Wonogiri, Boyolali, Rembang dan Kudus. (Ak/El)