Pembentukan karakter anak usia dini melalui GESIT
Sementara itu, peluncuran program Gerakan Literasi Lingkungan Terpadu (GESIT) terfokus untuk membentuk karakter anak sejak usia dini melalui pendidikan lingkungan.
“Mulai dari hal yang kecil, buang sampah pada tempatnya, kemudian memilah dan olah sampah. Nanti akan berlanjut lagi di tahapan berikutnya membuat kompos, mendaur ulang gitu. Sehingga akan tercipta habit, kebiasaan, atau karakter baru masyarakat Kota Semarang terhadap lingkungan. Ya sehingga nanti dampaknya akan signifikan,” kata Bambang.
Ratih Herawati, Kepala Bidang PAUD dan Pendidikan Nonformal (PNF) Dinas Pendidikan Kota Semarang, menyampaikan bahwa seluruh lembaga PAUD telah diarahkan untuk merancang dan menerapkan kurikulum yang mengedepankan isu lingkungan.
“Tujuannya agar anak-anak sejak dini terbiasa menjaga kelestarian lingkungan. Mulai dari memilah sampah, mengolahnya menjadi barang yang bermanfaat, bahkan bernilai ekonomi. Rancangan kurikulum ini akan sesuai dengan karakteristik dan pendekatan pembelajaran usia dini, serupa dengan konsep muatan lokal,” jelasnya.
BACA JUGA: Ketua DPRD Jateng Hormati Gugatan Terkait Kondisi Lingkungan Sekitar PLTU Jepara
Ratih juga menambahkan bahwa kurikulum ini akan membentuk generasi muda yang lebih peduli terhadap lingkungan dan sosial, sekaligus memperkuat pendidikan karakter sejak awal.
Sub Koordinator Kurikulum dan Penilaian PAUD PNF Dinas Pendidikan Kota Semarang, Rifki Nugroho, mengatakan bahwa peserta workshop berasal dari satuan pendidikan yang belum pernah mengikuti kegiatan bimbingan teknik maupun sosialisasi pemahaman SRA.
Pada tahun ini, Dinas Pendidikan Kota Semarang telah mencapai target satuan pendidikan sebanyak 1.441 satuan PAUD.
Inisiatif ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang Pemerintah Kota Semarang dalam menghadapi tantangan lingkungan perkotaan. Selain itu, juga sebagai perluasan program Sekolah Ramah Anak yang penerapannya telah berlaku sejak 2020. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadaf