MAGELANG, 2/2 (beritajateng.tv) – Penanggulangan stunting cukup mendesak untuk dilakukan di Indonesia. Terlebih, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan penurunan prevalensi stunting pada balita sebesar 40 persen pada 2025.
Laporan Asian Development Bank (ADB) 2021 menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia merupakan yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara, yakni sebesar 31,8 persen.
Percepatan penanganan stunting telah menjadi kebijakan prioritas nasional dan daerah. Provinsi Jawa Tengah, misalnya, yang mencatat angka prevalensi stunting pada anak balita sebesar 20,8 persen pada 2022 yang dapat diartikan bahwa 1 dari 5 balita dalam kondisi stunting.
Di tingkat kabupaten/kota di Jateng sendiri ada lima wilayah yang memiliki prevalensi stunting tertinggi, yaitu Kabupaten Brebes (29,1 persen), Kabupaten Temanggung (28,9 persen), Kabupaten Magelang (28,2 persen), Kabupaten Purbalingga (26,8 persen), dan Kabupaten Blora (25,8 persen).
Merespons risiko dan dampak stunting berupa penurunan produktivitas sumber daya manusia, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Bank Jateng, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) berkolaborasi untuk mempercepat penurunan stunting melalui pemberian beras fortifikasi kepada masyarakat.
Beras fortifikasi adalah beras yang telah dicampur dengan kernel mix dengan proporsi tertentu yang berisi kandungan berbagai vitamin dan mineral sesuai dengan kebutuhan kecukupan gizi.