“Harapan kami, dari sinilah lahir generasi baru yang akan menjaga api seni perwayangan agar tak padam oleh waktu,” imbuhnya.
Ngesti Pandowo: Dari Warisan ke Pusat Edukasi Budaya
Kecintaan terhadap seni wayang juga diwujudkan dengan langkah nyata. Pemerintah Kota Semarang akan merestorasi bangunan Ngesti Pandowo yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Nasional.
Renovasi fisik akan mulai tahun ini, kemudian berlanjut dengan perbaikan interior dan perlengkapan pertunjukan pada tahun depan.
“Baju-baju dan kostum lama akan di rawat sebagai kekayaan heritage. Kami juga akan menyediakan kostum baru agar penampilan tetap menarik dan layak,” ujar Agustina.
Bagi Pemkot, melestarikan wayang bukan hanya menjaga bangunan dan benda, tetapi juga memastikan ilmu dan nilai di baliknya di wariskan ke generasi muda.
“Manusia tidak hidup selamanya, tapi ilmu dan tradisi bisa abadi bila di teruskan kepada anak-anak,” ujarnya penuh makna.
Dua Patung Wayang Hiasi Jalan Pahlawan
Sebagai simbol semangat pelestarian budaya, dua patung baru, Bima dan Srikandi resmi launching di sepanjang Jalan Pahlawan Semarang. Kedua patung ini merupakan hasil program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dari Sidomuncul dan Bank Jateng.
“Harapan kami, patung-patung Pandawa Lima nantinya bisa lengkap menghiasi kota. Kalau masih ada CSR lain yang berminat, tokoh Semar juga sangat penting untuk ditambahkan,” tuturnya.
Dengan festival ini, Semarang tidak hanya mempertahankan warisan budaya, tetapi juga memberi ruang bagi generasi muda untuk belajar, berkreasi, dan mencintai akar tradisi mereka sendiri.
Wayang pun bukan sekadar masa lalu, melainkan napas budaya yang terus hidup di tengah denyut kota metropolitan. (*)
Editor: Elly Amaliyah













