Di Kota Surakarta sendiri, survei Prabowo-Gibran dan Ganjar Mahfud terpaut selisih 5 persen, yakni 35 persen untuk Prabowo-Gibran dan 30 persen untuk Ganjar-Mahfud.
Sementara itu, Kabupaten Pati mendulang suara terbanyak untuk Ganjar-Mahfud sebesar 53,3 persen dan paling rendah untuk Prabowo-Gibran yakni 4,4 persen. Kendati kalah di Kota Surakarta, Ganjar-Mahfud masih jauh unggul memeroleh suara di wilayah Solo Raya, seperti Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, dan Sragen, dengan perolehan suara rata-rata di atas 40 persen.
“Prabowo-Gibran unggul di daerah-daerah yang tidak mampu PDIP kuasai,” tegasnya.
Jokowi effect, lanjut Hendri, sangat erat kaitannya dengan paslon Prabowo-Gibran dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) junjungannya. Kendati demikian, partai yang tergabung dalam KIM belum mengoptimalkan efek itu untuk memenangkan Prabowo-Gibran di Jateng.
“Padahal tingkat kepuasan masyarakat Jateng terhadap kinerja pemerintah masih cukup tinggi, yakni 77,4 persen. Jadi, approval rating Pak Jokowi masih tinggi di Jawa Tengah, tapi belum bisa KIM optimalkan,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi