Bagi masyarakat Indonesia, bersalaman menjadi simbol kesederhanaan, kehangatan, dan kebersamaan. Selain salaman, sebagian masyarakat lain juga memilih cipika-cipiki atau berpelukan untuk menunjukkan hubungan personal yang lebih dekat.
Salaman jadi cara komunikasi politik yang efektif
Bersalaman kerap berlanjut dengan pertanyaan soal kabar. Dalam momen ini, sesama manusia juga akan saling bertukar cerita pengalaman hidup.
Saat Idul Fitri, tradisi salaman merupakan manifestasi dari nilai-nilai Islam. Mendorong umat untuk saling memaafkan dan membina hubungan yang harmonis.
Pejabat yang menggelar open house saat Lebaran misalnya, harus siap untuk bersalaman dengan ratusan atau ribuan orang yang datang. Begitu juga sepasang mempelai saat hari pernikahan yang mau tak mau melayani salaman dengan para undangan.
Atau coba kita tengok para calon kepala daerah yang kini gemar blusukan ke pasar tradisional di masa kampanye. Alih-alih tolak salaman, berjabat tangan langsung dengan masyarakat menjadi momen untuk berinteraksi, berdialog, dan mendengarkan keluh kesah mereka.
BACA JUGA: Jumlah Pemilih di Pilgub Jawa Tengah 2024 Naik 200 Ribu dari Pilpres, KPU Tetapkan 28.427.616 DPT
Politisi senior PDIP, Sumanto, yang tak lama lagi kembali menjabat Ketua DPRD Jawa Tengah pernah mengatakan, bersalaman menjadi cara untuk mendekatkan diri dengan masyarakat. Bisa menjadi bentuk komunikasi politik yang efektif dan efisien. Saat bertemu masyarakat atau konstituen, pria yang akrab dengan sapaan Pakdhe Manto ini punya kebiasaan bersalaman dengan seluruh warga yang hadir.
Seorang mantan Wakil Bupati di Jawa Tengah juga punya kebiasaan menghadiri setiap undangan pernikahan yang dikirim untuknya. Di tempat kondangan, ia tentu berinteraksi, ngobrol dengan masyarakat, termasuk bersalaman. Kebiasaan itu yang membuatnya semakin dikenal masyarakat hingga banyak yang memilihnya saat nyalon Wakil Bupati.
Bersalaman, meskipun sederhana, dapat menjadi alat komunikasi politik yang ampuh. Penting untuk memahami makna di balik gestur tersebut dan menggunakannya secara strategis untuk mencapai tujuan politik. (*)
Ricky Fitriyanto
Pemimpin Redaksi Beritajateng.tv