SEMARANG, beritajateng.tv – Pemilu 2029 diprediksi akan menjadi ajang politik yang sangat dipengaruhi oleh suara anak muda. Hal ini merupakan penyampaian oleh Anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah, Dipa Yustia Pasa.
Dipa menegaskan, generasi muda akan mendominasi sekitar 60% pemilih di Pemilu 2029. Fenomena ini membuat seluruh partai politik harus segera berbenah dan bertransformasi, baik dari segi program, pendekatan komunikasi, hingga wajah kepemimpinan.
“Hari ini semua partai mendadak jadi partainya anak muda. Branding-nya berubah, programnya disesuaikan, dan tokoh-tokoh mudanya mulai diorbitkan,” ungkap Dipa Yustia Pasa, saat menjadi tamu dalam podcast Ruang Interaksi bersama Pemimpin Redaksi Beritajateng.tv, Ricky Fitriyanto, Rabu 11 Juni 2025.
Ia menyebut, di internal Partai Golkar sendiri, telah muncul nama-nama muda. Seperti Menpora Dito Ariotedjo dan beberapa kepala daerah muda yang di jadikan simbol regenerasi politik.
BACA JUGA: Kronologi Kecelakaan Maut di Tol Solo-Ngawi, Wakil Ketua DPRD Ngawi Meninggal
Tak hanya Golkar, partai-partai lain pun mulai mengusung pola serupa. Berbagai pembicaraan politik kini semakin terbuka dan menjangkau forum-forum kreatif yang kalangan muda gemari.
Namun, ia juga menyoroti bahwa sebagian besar narasi kebangsaan yang di turunkan lewat program seperti P4 dan Wawasan Kebangsaan (Wasbang) mulai kehilangan daya tarik.
Ia menilai, perlu ada modifikasi pendekatan naratif dan cara penyampaian agar sejarah dan nasionalisme bisa anak muda terima.
“Hari ini anak muda tidak bisa di paksa tunduk dengan cara-cara feodal. Mereka butuh ruang ekspresi, diskusi terbuka, dan komunikasi dua arah,” tambahnya.
Dipa pun menekankan pentingnya partai politik merespons cepat perubahan zaman, agar tidak kehilangan relevansi di tengah bonus demografi.
Ia menyebut anak muda sekarang lebih tertarik menghasilkan uang lewat media sosial daripada mencari pekerjaan formal. Sehingga partai harus mampu hadir dengan pendekatan baru yang menarik.
“Sekarang anak muda bisa dapat duit dari HP. Jadi kalau partai tidak bisa menyesuaikan cara pendekatannya, ya ditinggal,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Dipa juga menceritakan perubahan yang mulai terjadi di organisasi sayap partai seperti SOKSI, yang kini mengadopsi gaya-gaya kekinian dalam menggelar Musyawarah Nasional layaknya konser musik dengan panggung LED modern dan suasana meriah.