“Sekarang pinjaman bisa sampai tiga juta rupiah dengan cicilan ringan tanpa biaya administrasi. Ini semua murni dari semangat gotong royong,” jelas Elis.
Selama 19 tahun berjalan, GSR telah membantu lebih dari seribu anak, termasuk 100 mahasiswa aktif. Pada semester ini, GSR telah memberikan bantuan kepada 20 pelajar serta menanggung biaya pendidikan 30 anak di panti asuhan binaannya.
Tak Sekadar Sosial, Tapi Juga Ramah Lingkungan
Tak berhenti di ranah sosial, GSR juga mengembangkan sayap pada gerakan lingkungan bertajuk Eco Care. Melalui inisiatif ini, GSR mengumpulkan kertas, kardus, dan plastik kemasan untuk dijual kembali, bahkan memanfaatkan hasilnya untuk kegiatan sosial.
“Anak-anak masjid kami libatkan untuk keliling rumah mengambil limbah kertas. Sebulan bisa terkumpul satu juta rupiah,” kata Elis.
Dari sana lahir inovasi baru seperti pembuatan eco-enzim, pupuk cair, eco-brick, hingga Biowash, cairan ramah lingkungan hasil olahan sampah organik yang kini tengah dalam pengembangan bersama PKK RW.
Selain itu, GSR juga mengelola warung amal dan lapak barang preloved di pasar rakyat setiap akhir pekan. Barang-barang sumbangan seperti pakaian, alat rumah tangga, hingga akuarium mereka jual kembali untuk menambah kas sosial.
Menjadi Gerakan Berkelanjutan
Elis menyebut, keberlanjutan GSR didukung oleh sistem dana sosial yang dikelola secara hati-hati, termasuk dana abadi (eternal fund) dan dana operasional yang didepositokan untuk memastikan kegiatan tetap berjalan jangka panjang.
“Ini tabungan amal kami. Saya selalu bilang ke ibu-ibu, meski kita sudah tiada nanti, insyaallah pahala dari gerakan ini akan terus mengalir,” ujarnya.
BACA JUGA: Minta Panti Sosial Pemprov Jateng Tak Sekadar Merawat, Mohammad Saleh: Harus Berdayakan Juga
Bagi Elis, kekuatan GSR terletak pada solidaritas perempuan. “Ibu-ibu ini luar biasa. Mereka tidak sekadar memberi, tapi juga mencari siapa yang benar-benar membutuhkan. Di kompleks besar pun ternyata banyak yang kesulitan,” katanya.
Dari gerakan kecil yang bermodal empati dan infak seribu rupiah, GSR telah tumbuh menjadi contoh model filantropi lokal berbasis komunitas yang menggabungkan pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan kepedulian lingkungan.
“Gerakan kami memang kecil, tapi kami berharap manfaatnya besar dan terus mengalir,” tutup Elis. (*)
Editor: Farah Nazila












