“Ada yang bilang kita mbangun iso tapi ngrumati rak iso (membangun bisa tapi merawat tidak bisa). Ini harus dihitung (alokasi dananya). Seperti taman-taman sebelumnya itu bagus tapi begitu covid-19 megap-megap karena angkanya direfocusing. Makanya saya mohon ini harus mulai dianggarkan. Dari PT Gelora Djaja siap memelihara selama 5 tahun ke depan, Alhamdulillah. Tapi tidak harus menunggu pihak ketiga memberi CSR, jika ada taman yang kurang-kurang bisa segera dikomunikasikan pada Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Semarang (untuk ditindaklanjuti),” terang Ita.
Pengembangan Kawasan Kota Lama sebagai destinasi wisata unggulan terus dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang. Ita menjelaskan saat ini tengah dilakukan revitalisasi di Kampung Melayu dan perencanaan pembangunan di Kampung Pecinan. Pihaknya juga akan bekerja sama dengan Kementerian PUPR dan BUMN untuk penataan dan pengelolaan Kota Lama Semarang lebih lanjut.
“Kita akan bekerjasama bagaimana memanfaatkan bangunan-bangunan yang tidak terpakai agar bisa dikelola menjadi living heritage, agar bisa dimanfaatkan oleh multiplayer perekonomian. Yang kita harapkan pastinya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” pungkas Ita.
Sementara itu, Doni Arya selaku perwakilan dari Wismilak berharap penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan luas lahan sebesar 1.290 meter persegi yang terletak di Titik Nol KM dapat dinikmati tidak hanya oleh masyarakat Semarang, tetapi juga di luar Semarang. Sejalan dengan visi-misi Pemerintah Kota Semarang, PT Wismilak Inti Makmur / PT. Gelora Djaja juga menaruh perhatian yang besar dalam menjaga eksistensi alam demi masa depan.
“Wismilak sangat mendukung pembangunan berkelanjutan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai wujud kelestarian lingkungan alam dan sosial di Semarang. Tidak hanya berfungsi untuk penghijauan kota, RTH ini juga dapat berfungsi sebagai fasilitas sosial masyarakat,” ujar Doni Arya. (Ak/El)