Tak hanya itu, penggunaan wayang suket sebagai media pembelajaran juga bisa menjadi upaya penguatan pendidikan karakter kepada anak.
“Dan nantinya juga bisa untuk penanaman karakter, karena dongeng ini menceritakan tokoh-tokoh, karakter baik, kepada anak dengan cara menyenangkan,” sambungnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Dhanu Prasetyo mengatakan, wayang suket terpilih karena Kota Semarang memiliki sejarah erat dengan kelestarian wayang. Yakni, masih eksisnya wayang orang Ngesti Pandowo di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS).
“Ngesti Pandowo masih berkembang menyesuikan jaman, sehingga ini menjadi menarik di mana sasaran kita adalah guru TK, karena penanaman nilai-nilai karakter yang ada di wayang entah itu filosofi, cerita, sangat kompleks,” tuturnya.
BACA JUGA: Nguri-uri Budaya Tradisional, Ketua DPRD Jateng Sumanto Gelar Pentas Wayang Kulit di Karanganyar
Dhanu menjelaskan, wayang juga menggabungkan beberapa ilmu sekaligus. Mulai dari seni rupa, seni musik, hingga seni tari.
Oleh karenanya, penggunaan wayang termasuk wayang suket dapat memantik kreativitas guru dan siswa. Apalagi, materi diberikan langsung oleh Adhimas Wahyutama Pramana yang merupakan lulusan Jurusan Pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
“Harapan kita ini bisa menjadi inspirasi bagi guru bahwa mendongeng dengan wayang suket selain menarik, menanamkan karakter, juga bisa punya kreativitas,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila