Scroll Untuk Baca Artikel
Gaya Hidup

Hadeh, Pengen Ikutan Tren Lari Tapi Malah Pakai Joki Strava? Ini Kata Dokter

×

Hadeh, Pengen Ikutan Tren Lari Tapi Malah Pakai Joki Strava? Ini Kata Dokter

Sebarkan artikel ini
lari
Ilustrasi olahraga lari. (Pexels/Pixabay)

Adanya tren lari, alih-alih semakin banyak anak muda yang peduli akan kesehatan, nyatanya hanya berbondong-bondong mengikuti tren.

Saat olahraga jadi lifestyle dan ajang validasi diri

Idealnya, lanjut dr Sigid, Strava menjadi aplikasi penunjang olahraga. Misal untuk mencatat progres aktivitas seperti jarak, kecepatan, waktu, hingga detak jantung.

Akan tetapi, menggunakan joki Strava berarti menggunakan data-data palsu. Sehingga, fungsi lari sebagai olahraga itu tak bisa tercapai.

“Kalau memang kita fokus ke olahraga seharusnya nggak terjadi seperti itu. Berarti tujuannya tidak untuk sehat, tapi sekedar untuk lifestyle, pencitraan,” kata dr Sigid.

BACA JUGA: Ketua KONI: Lingkungan Sehat Berpengaruh Bagi Kegemaran Seseorang dalam Olahraga

Ia menilai, olahraga tak bisa jika berdasarkan perasaan FOMO (Fear of Missing Out) atau takut ketinggalan tren semata. Sehingga, aplikasi Strava juga harus kembali ke fitrahnya. Yaitu untuk mengukur kapasitas seseorang dalam berolahraga.

“Sebenarnya bagus juga kalau jadi lifestyle, bisa menunjang kesehatan, jadi tren olahraga itu ada efek positif. Tapi memang harus berbarengan dengan kejujuran,” tandasnya. (*)

Editor: Farah Nazila

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan