SEMARANG, beritajateng.tv – Peperangan antara Iran dan Israel yang tak kunjung redam mengakibatkan harga minyak kini melambung tinggi.
Konflik yang terus memanas ini menimbulkan perubahan yang cukup signifikan. Hasil analisis dari Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha mengatakan bahwa situasi pasar minyak ini berubah.
Perubahan tersebut akibat pengaruh dari konflik yang terus memanas antara Iran Israel dan Amerika Serikat.
BACA JUGA: Update! Berikut ini Jumlah Angka Terbaru Korban yang Tewas di Iran
Dalam dua hari terakhir, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan tajam.
Pada penutupan perdagangan hari Senin, 23 Juni 2025, harga WTI turun lebih dari tujuh persen atau sekitar USD5,53, sehingga berada di angka USD68,51 per barel.
Penurunan ini dipicu oleh keputusan Iran yang tidak menutup jalur pelayaran tanker minyak di Selat Hormuz.
Meskipun sebelumnya sempat terjadi ketegangan menyusul serangan balasan Iran ke pangkalan militer Amerika Serikat di Qatar. Hal itu sebagai respons atas serangan AS ke fasilitas nuklir Iran.
Namun, suasana pasar berubah secara signifikan setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tercapainya kesepakatan gencatan senjata penuh antara Iran dan Israel.
Menurut pernyataannya, kedua negara akan memulai proses gencatan senjata secara bertahap. Dengan harapan konflik yang telah berlangsung selama 12 hari terakhir dapat diselesaikan dalam waktu 24 jam.
Informasi ini tentu saja langsung memicu banyak perhatian para pedagang di pasar minyak. Bahkan harga WTI pada Selasa 24 Juni 2025 pagi mengatakan bahwa angkanya tergelincir hingga USD2,7 atau 3,94 persen dan turun ke level USD65,46 per barel.
Hal itu merupakan salah satu bentuk sikap untuk menjaga kekhawatiran gangguan akan pemasokan dari kawasan Timur Tengah.
Terlebih lagi wilayah Timur Tengah khususnya Iran merupakan pemasok utama minyak mentah yang ada di seluruh dunia. (*)