Dalam hematnya, yang perlu diwaspadai justru sistem ekonomi gim yang sarat mikrotransaksi. Sebab, anak-anak kerap didorong membeli item dengan harga kecil namun berulang.
“Kalau anak tidak diberikan pendidikan untuk menghentikan ini, ya maka itu akan berbahaya untuk ke depannya,” tegas dia.
Ketimbang blokir Roblox, Edvra desak pemerintah gencarkan pendidikan literasi media
Lebih lanjut, ia menilai pemerintah perlu membangun literasi digital secara serius, bukan sekadar menutup akses saja.
Edvra mencontohkan sejumlah negara yang sudah memasukkan literasi media ke kurikulum sejak pendidikan dasar.
“Di Turki dan negara lain, dari SD sudah ada pelajaran literasi media. Tidak sulit materinya, tidak sampai membedakan hoaks atau tidak, tapi setidaknya anak tahu jenis konten apa yang layak dan tidak layak mereka konsumsi,” beber dia.
Edvra menambahkan, pendidikan di sekolah harus di ikuti peran orang tua dan guru. Menurutnya, literasi digital harus menjadi tanggung jawab negara.
“Sia-sia kalau mereka dapat di sekolah tapi di rumah tetap di berikan akses bebas. Saya rasa wajib masuk ke kurikulum karena kita sekarang hidup di era yang tidak bisa lepas dari media digital. Itu jadi salah satu alat survival anak,” pungkasnya.
Cerita pengguna belajar bahasa asing dari Roblox, dapat insight dan kawan baru
Senada dengan Edvra, salah satu pemain gim Roblox, Arief (27), juga tak setuju dengan wacana pemblokiran tersebut. Ia memilih pemerintah mengawasi anak-anak yang bermain gim Roblox dengan memberi pembatasan.
“Gak setuju diblokir ya, lebih baik dikasih pembatasan, gak perlu dilarang. Itu kan hanya game. Di film, sosmed, itu juga ada kok konten yang berbahaya untuk anak, kan yang penting pengawasannya,” ujar Arief.
BACA JUGA: Kukuhkan 27 Anggota Paskibraka, Walikota Semarang Dorong Anak Muda Cintai Produk Lokal
Alih-alih merasa kecanduan, Arief mengaku bahwa ia justru merasakan dampak positif dari Roblox.
“Sebenarnya pintar-pintar orangnya saja yang bermain, main Roblox kan ibaratnya bisa hanging out dengan banyak orang di dunia maya. Kalau aku justru bisa mengasah skill bahasa Inggris,” akunya.
Ia pun menyayangkan wacana pemblokiran Roblox oleh pemerintah yang sempat bergulir.
“Ibaratnya kalau rumah kemasukkan tikus, yang dibakar kan harusnya si tikus, bukan rumahnya. Sama juga kasusnya kaya Roblox ini,” pungkasnya. (*)
Editor: Farah Nazila