Namun, Dinas Kesehatan Jateng menurutnya juga berperan penting dengan upaya ‘Gerakan Satu Rumah, Satu Jumantik’.
“Setiap rumah harus ada yang memantau tempat-tempat yang jadi breeding place (berkembang biak) nyamuk tadi. Tidak hanya di bak mandi dan ember, yang terlewat itu di dispenser, di kulkas. Bahkan di perkantoran dan sekolah itu potensi juga,” jelasnya.
Penyebab DBD yang sering diabaikan
Perihal penyebab DBD yang bisa merenggut korban jiwa, Arvian menyebut mengabaikan gejala awal menjadi penyebab utamanya.
“Gejala awal DBD mirip penyakit lain seperti flu, masuk angin, tipes. Karena gejala awal yang mirip, orang sering mengabaikan. Padahal yang kaya gini harus segera ditangani, tidak bisa ditangani sendiri, harus ada pelayanan minimal puskesmas,” paparnya.
BACA JUGA: Wajib Tahu! Ciri-Ciri Nyamuk Berbahaya yang Penyebab DBD
Lebih lanjut, masyarakat tak boleh hanya mengandalkan fogging saat ada penemuan kasus DBD di suatu daerah. Sebab, tingkat kewaspadaan mesti ada melalui pencegahan 3M. Terlebih, menurut Arvian, fogging tak terlalu efektif karena adanya efek samping yang berbahaya, utamanya bagi pernapasan.
“Harapan kita kasus DBD selalu menurun, tapi sebenarnya memang ada siklus lima tahunan, kalau dulu setiap lima tahun pasti naik. Akhir-akhir ini pola itu sudah berubah. Sekarang tinggal kemauan masyarakat melakukan gerakan membasmi sarang nyamuk itu,” tandasnya.(*)
Editor: Farah Nazila