Nasional

Indeks Keselamatan Jurnalis “Agak Terlindungi”, Serangan Digital ke Media Siber Disebut Kekerasan Atas Pers

×

Indeks Keselamatan Jurnalis “Agak Terlindungi”, Serangan Digital ke Media Siber Disebut Kekerasan Atas Pers

Sebarkan artikel ini
serangan digital
Peluncuran skor terbaru Indeks Keselamatan Jurnalis 2024 di Indonesia, di Jakarta Selatan, pada Kamis, 20 Februari 2025. (Foto: AMSI)

“Kami mesti akrobat dan mengalihkan publikasi ke media sosial,” kata Pemimpin Redaksi KBR, Citra Dyah Prastuti.

Pada saat bersamaan, website Project Multatuli juga kena serang DDoS ketika mengangkat pemberitaan tentang ojek online. Setahun sebelumnya, ketika mengangkat kasus pencabulan di Sulawesi, website Project Multatuli juga kena serang habis-habisan.

Pada September 2023, Tempo mengalami serangan DDoS yang cukup berat setelah menerbitkan berita tentang judi online dan kepolisian. Suara.com juga mengalami serangan DDoS pada Oktober 2023, ketika mengangkat pemberitaan serupa.

“Serangan masuk ke server dalam jumlah yang sangat besar. Seakan-akan jumlah visitor tinggi. Namun setelah cek, di traffic biasa saja. Akibatnya kerja server menjadi lambat,” jelas Suwarjono, CEO Suara.com.

Media lokal juga terdampak

Tak hanya media nasional, serangan digital juga menimpa banyak media lokal. Pojoksatu.com pernah mengalami serangan DDoS pada 2020-2022.

Website kami mendapatkan serbuan IP dari luar negeri, sampai puluhan juta traffic per detik, sementara di Google Analytics tidak ada kenaikan traffic,” jelas Muhammad Ridwan, Chief Product Officer Pojoksatu.com.

Direktur Utama harapanrakyat.com, Subagja Hamara, puna berbagi keluhan serupa.

“Serangan DDoS dan Malware menghancurkan performa kami. Traffic turun sampai 80 persen, AdSense juga turun. Dan sampai hari ini kami masih harus perbaiki dampaknya,” kata dia.

BACA JUGA: Terpilih Jadi Ketua AMSI Jateng 2024-2028, Nurkholis: Ini Jabatan yang Amanah

Dampak menjalar ke bisnis dan redaksi

Serangan digital ini memberikan pukulan berat pada perusahaan media karena biaya pengelolaan server meningkat drastis, bisa dua hingga lima kali lipat biaya normal.

“Biaya bayar server pernah lebih besar daripada biaya gaji,” kata Ridwan dari Pojoksatu.com.

Dampak tak berhenti di biaya operasional untuk pembayaran infrastruktur server yang lebih besar, namun juga mempengaruhi kebijakan editorial di redaksi.

Ketika ada satu konten yang kena serang terus-menerus, maka ada kekhawatiran serangan akan meluas ke konten yang lain.

BACA JUGA: Tingkatkan Kepercayaan Publik, Diskusi Trustworthy AMSI Jateng Gandeng KPU Hingga Akademisi

“Kalau sudah begitu, kami terpaksa menurunkan konten. Kalau tidak, serangan akan menyebar ke konten yang lain,” kata Ridwan.

Dampak swasensor inilah yang tampaknya pelaku serangan digital inginkan ke perusahaan media. Untuk itu, AMSI meminta Dewan Pers dan Kementerian Komunikasi Digital turun tangan mendorong aparat penegak hukum untuk memproses setiap serangan digital pada perusahaan media.

“Jangan sampai media di Indonesia tidak ada yang berani menerbitkan berita kritis dan independen, karena khawatir bangkrut lewat serangan digital yang tak bertanggung jawab,” kata Wahyu Dhyatmika. (*)

Editor: Mu’ammar R. Qadafi

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan