Scroll Untuk Baca Artikel
Catatan Editor

Jaga Naluri Kritis di Tengah Eksistensi ChatGPT, Budaya ‘Males Mikir’ Jangan Sampe Lolos!

×

Jaga Naluri Kritis di Tengah Eksistensi ChatGPT, Budaya ‘Males Mikir’ Jangan Sampe Lolos!

Sebarkan artikel ini
farah nazila
Farah Nazila. (Dokumen Pribadi)

KECERDASAN buatan atau artificial intelligent (AI) kini tengah memanjakan masyarakat. Kecerdasan buatan yang sedang berkembang adalah Generatif AI yang merupakan cabang dari AI dengan fokus kemampuan pada kreativitas mesin. Salah satu produk dari Generatif AI ini adalah Generative Pre-training Transformer atau ChatGPT.

Tak lama ini, OpenAI meresmikan ChatGPT Search, mesin pencari yang diklaim mampu meningkatkan pengalaman penelusuran web dengan jawaban cepat dan relevan serta tautan langsung ke sumber informasi. Keunggulannya, ChatGPT Search ini memiliki kemampuan kecerdasan buatan untuk menyesuaikan hasil penelusuran dalam bentuk percakapan pengguna.

Dengan peluncuran ChatGPT Search ini, apakah akan menjadi ‘kiamat’ untuk Google Search, yang sudah bertahun-tahun menemani para ‘kaum kepo’ seperti kita?

Ya, AI tidak ‘hanya’ milik OpenAI saja. Google juga mengeluarkan produk mereka, yakni Gemini yang diklaim memiliki kinerja lebih baik dari model AI milik OpenAI. Bahkan, Gemini juga akan menjadi mesin di balik layanan Google, seperti chatbot Bard dan Search Generative Experience, yaitu model pencarian Google yang menjawab pertanyaan dalam bentuk percakapan.

Namun, melansir dari GoodStats (Juli 2024), popularitas Gemini tidak mendekati ChatGPT. Tercatat dalam Similar Web, ChatGPT memiliki angka kunjungan bulanan sebesar 834,1 juta pengguna. Sementara itu, kunjungan bulanan Gemini hanya sekitar setengahnya yakni di angka 422,2 juta pengguna. Rasio pengguna ChatGPT di Indonesia pun nyaris tiga kali lebih besar dari Gemini.

BACA JUGA: Melihat AI Bekerja: Sekitar Pro-Kontra Sampul Buku dengan Gambar Ciptaan Akal Imitasi

Tak bisa kita pungkiri bahwa ChatGPT hingga kini masyarakat manfaatkan, tak terkecuali akademisi untuk mempermudah dalam mengerjakan tugas kuliah, mencari sumber referensi penelitian, teori terkini, bahkan untuk membuat proposal penelitian. ‘Kecanggihannya’ seakan menggoda setiap orang untuk menulis secara instan.

Memang benar, eksistensi dari ChatGPT ini merupakan simbol dari modernisasi sebuah jaman karena perkembangan teknologi. Maka, tak sedikit dari mereka yang menggunakan tools tersebut di anggap ‘updated’ dan tak ketinggalan jaman.

Namun, apakah terobosan baru ini menjadi doktrin untuk malas berpikir?

Melalui ChatGPT, seseorang dapat memerintahkan pencarian tertentu sesuai prompt atau perintah yang telah kita tulis. Misalnya saja, kita ingin artikel 700 kata soal isu AI di dunia jurnalistik. Tak sampai 6 detik, tulisan yang kita inginkan tersedia.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan