SEMARANG, beritajateng.tv – Tiap tahunnya, lebih dari 10 ribu mahasiswa baru tiba dan menetap di Kota Semarang. Mereka sebagian besar tersebar di dua kampus top, yakni Universitas Diponegoro (Undip) dan Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Hal itu jugalah yang kemudian memengaruhi jumlah persewaan kos-kosan. Kos di sekitar kampus punya beragam jenis, mulai dari kos khusus laki-laki dan kos khusus perempuan, hingga kos campur.
Desti (bukan nama sebenarnya), ialah admin suatu akun media sosial seputar informasi kos. Ia memiliki data lebih dari 1.000 info kos di Unnes dan sekitarnya. Kosnya pun terdiri dari berbagai jenis, dari yang harganya ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
“Sebenarnya banyak kos bebas di Unnes, cuma enggak keliatan di promosinya,” katanya membuka obrolan.
Menemukan kos bebas di Unnes nyatanya memang tak semudah menemukan kos bebas di Undip. Unnes, kata Desti, memiliki lingkungan yang masih menyatu dengan perumahan warga.
Sehingga, para pemilik kos cukup berhati-hati dalam mempromosikan usahanya. Terhitung, hanya ada dua wilayah yang terkenal akan kos bebasnya, yaitu Gang Mangga dan Cempaka Pojok.
Hanya saja, lagi-lagi, kebanyakan kos bebas tak akan terang-terangan menempel spanduk “Kos Bebas/Campur” di depan rumah. Menurut Desti, ada satu alasan utama dari aksi kucing-kucingan itu. Yakni, menghindari ancaman penggrebekan dari warga.
“Soalnya dulu pernah ramai anak Unnes di kamar berdua cowok-cewek, eh digerebek warga. Terus warga minta duit Rp300 ribu buat tutup mulut,” sambungnya.
BACA JUGA: Cerita Pegawai Non-ASN Kecanduan Judi Online, ‘Nilep’ Kas RT Hingga Biaya PTSL Puluhan Juta
Kos bebas dengan CCTV 24 jam dari warga sekitar
Lingkungan sekitar Unnes memang masih terdapat banyak rumah warga. Berbeda dengan lingkungan sekitar Undip yang kebanyakan sudah menjadi kos mahasiswa.
Hal itulah yang Desti sebut sebagai alasan utama mengapa info kos bebas di sana tak pernah menyebar secara umum.
Ia mengibaratkan, kos bebas di Unnes sangat rahasia dan terbatas. Mulut ke mulut, serta bagi yang tahu-tahu saja.
Sekalinya info kos bebas tersebar, siap-siap saja akan ada sejumlah warga yang memantau layaknya CCTV 24 jam di sekitar gedung kos untuk melakukan penggrebekan.
Akan tetapi, lagi-lagi, penggrebekan itu bukan dengan niat mulia menegakkan moralitas anak bangsa. Namun, ada niat tertentu dari aksi penggrebekan itu.
“Selama aku di Unnes, aku belum pernah denger yang sampe bener-bener dilaporin; pasti ujung-ujungnya duit. Ancamannya soalnya dilaporin ke orang tua, jadi pasti mereka mau enggak mau bayar,” sebutnya.
BACA JUGA: Cerita Suratman Pemilik Rental di Jepara Ngaku Was-was Sewakan Mobil Usai Peristiwa di Pati
Jadi lokasi para pekerja seksual menemani pelanggannya
Fenomena kos bebas tak hanya digunakan untuk memadu kasih antara sepasang kekasih. Lebih jauh dari itu, kos jenis ini ternyata bisa menjadi lokasi bisnis haram.
Wahid (bukan nama sebenarnya), merupakan makelar kos di Kota Semarang. Sama seperti Desti, Wahid punya ribuan informasi kos di sekitar Semarang.
Ia pun paham betul drama-drama yang terjadi di kos bebas. Salah satunya yang cukup mencenangkan, ada kos bebas yang biasa menjadi lokasi para Wanita Pekerja Seksual (WPS) atau yang belakangan terkenal bernama open booking online (open BO).