“Kebanyakan tukang potong rambut Madura itu memang masih sanak keluarga, ada yang anaknya, adiknya, iparnya, sampe sepupunya,” beber Shohib.
Namun di sisi lain, Shohib sebenarnya tak pernah terpikir untuk menjadi seorang tukang potong rambut. Mengingat kedua orang tuanya tidaklah mewarisi kemampuan itu.
Namun, Lukman mengajaknya mengadu nasib di Kota Semarang. Ia kemudian sedikit terpaksa mengikuti jejak Lukman yang telah lebih dulu merintis usaha potong rambut sejak 20 tahun yang lalu.
BACA JUGA: Uniknya Urban Sketchers, Seni Mengabadikan Realita Menjadi Sebuah Sketsa
Shohib belajar otodidak teknik potong rambut bersama Lukman. Hampir 10 tahun belajar, Shohib bisa menyimpulkan bahwa potong rambut itu susah-susah gampang.
“Dibilang susah ya susah, gampang ya gampang. Tapi perihal dimarahi orang, dipukul orang, dikomplain orang, aku udah biasa,” kisahnya.
Kini, di tengah gempuran potong rambut modern atau barbershop, Shohib mengaku pasrah. Mengingat dari segi manapun, potong rambut Madura jelas kalah saing. Mulai dari fasilitas, model rambut, hingga teknik potong.
Namun begitu, Shohib yakin tempat potong rambut Madura akan terus memiliki peminatnya tersendiri. Terlebih bagi para pecinta model potongan mullet. (*)
Editor: Farah Nazila