Lebih lanjut, ia mengungkapkan jika hal tersebut lantaran panas merupakan gejala utama dari DBD. Sehingga, hal yang pertama kali dokter lakukan adalah men-suspect pasien dengan penyakit DBD.
“Panas itu kan banyak ada tifoid, DBD, ispa, flu, dan lainnya. Tapi ketika sedang musim seperti ini, demam berdarah pasti jadi diagnosa paling atas,” tekannya.
Bagaimana efektivitas nyamuk ber-Wolbachia?
Sebelumnya, Kota Semarang termasuk ke dalam pilot project penyebaran nyamuk ber-Wolbachia. Penyebaran nyamuk tersebut berlokasi di dua kecamatan dengan kasus DBD terbanyak, yaitu Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan Tembalang.
Kasus DBD di Kecamatan Banyumanik pun kabarnya menunjukkan penurunan pada tahun 2023 lalu. Yaitu 51 kasus DBD periode Januari sampai September 2023. Turun hampir 50 persen dari yang awalnya 98 kasus DBD di periode Januari sampai September 2022.
BACA JUGA: IDI Kota Semarang: Nyamuk Wolbachia Efektif Tekan Angka Demam Berdarah
Meski begitu, Sigid belum bisa berkomentar banyak terkait efektivitas nyamuk ber-Wolbachia dalam mengurangi kasus DBD di Kota Semarang secara luas. Hanya saja, berbekal penelitian di Jogja, nyamuk ber-Wolbachia terbukti ampuh dalam menurunkan kasus DBD.
“Kalau itu saya tidak bisa berkomentar, karena sudah ada penelitian di Jogja selama 10 tahun dan hasilnya cukup signifikan menurunkan jumlah kesakitan dan jumlah kematian DBD di Jogja,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila