Ia menyebut, mayoritas pelaku berasal dari luar negeri. Motif pelaku menurut Didik juga cukup menarik. Pasalnya, pelaku akan merekrut WNI yang akan dipekerjakan untuk menipu WNI lainnya.
“Bandarnya dari luar negeri dan fokusnya mengambil WNI, kemudian dibawa ke sana untuk menipu orang Indonesia. Sama juga mereka rekrut orang Malaysia untuk menipu orang Malaysia,” bebernya.
Lebih lanjut, Provinsi Jateng menjadi salah satu penyumbang korban TPPO tertinggi di Indonesia. Adapun sebanyak 1.609 korban selama 6 Juni hingga 11 September 2023 telah Polda Jateng rilis. Menanggapi hal itu, Didik belum dapat memastikan alasan mengapa angka di Jateng cukup tinggi.
“Kajian scara detail terkait penyebab TPPO Jateng yang tinggi memang belum. Wong Jowo (orang Jawa) gampang diapusi (dibohongi) atau gimana saya tidak tau,” paparnya.
Terkait UMR Provinsi Jateng yang rendah dan sulitnya mencari pekerjaan, Didik menjawab tegas bahwa itu tidak bisa menjadi alasan utama.
“(Susah cari kerja dan UMR rendah?) Tidak juga. Banyak negara lain yang lebih susah cari kerja dan ada konflik di negaranya, tapi mereka tidak tergiur dan mereka tidak jadi korban TPPO,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi