Fatimah sendiri semakin merasakan keterasingan di tengah perang yang terus berkecamuk, menambah ketegangan dalam hubungan mereka.
Situasi ini membuat misi mereka kian rumit bukan semata karena bahaya dari musuh, tetapi juga karena ketegangan emosional di antara mereka.
Pertempuran sengit pecah di berbagai penjuru kota, dari lorong-lorong sempit hingga bangunan tua yang kini menjadi benteng pertahanan para pejuang.
Meski kalah dalam persenjataan, para pejuang seperti Isa mengandalkan taktik gerilya dan keberanian untuk melawan penjajah.
Film ini menyajikan gambaran rinci tentang bagaimana sebuah kota yang sebelumnya damai berubah menjadi ladang pertempuran, memaksa setiap warganya memilih: bertahan atau ikut melawan.
Selain menampilkan aksi yang menegangkan, Perang Kota juga menggali konflik batin para tokohnya. Isa terpaksa menghadapi luka lama yang belum sembuh,
Sementara Hazil dihadapkan pada dilema antara loyalitas terhadap sahabat seperjuangan atau mengikuti isi hatinya. Di tengah semua itu, Fatimah harus berjuang sendiri menghadapi ketidakpastian dan kehancuran yang ditinggalkan perang. (*)