UNGARAN, beritajateng.tv – Menyusul munculnya kembali kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak sapi, Kementerian Pertanian (Kementan) RI mengungkap sejumlah faktor yang mempengaruhi kemunculan penyakit tersebut.
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan RI, Sintong HMT Hutasoit mengungkapkan, kasus PMK kembali menunjukkan peningkatan pada awal Desember 2024 lalu, khususnya di tujuh provinsi sentra ternak, utamanya di pulau Jawa.
Walaupun angka kasusnya belum begitu mengkhawatirkan, tetapi munculnya kembali kasus PMK ini perlu diwaspadai bersama agar tidak menyebar dengan cepat.
“Karena ini masuk pancaroba, biasanya perubahan cuaca yang ekstrim itu menjadi pemicu munculnya penyakit, khususnya PMK,” ungkapnya, saat mengunjungi kandang sapi Badan Usaha Milik Petani (BUMP) PT Nyawiji Ki Semar, Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Rabu 8 Januari 2025 petang.
BACA JUGA: Antisipasi Penyebaran PMK, Kementan Gelontorkan 50 Ribu Dosis Vaksin untuk 7 Provinsi
Terlebih, sekarang ini sebenarnya saatnya masuk jadwal untuk dilakukan vaksinasi kembali. Sehingga titer antibodi (imunitas) pada ternak sapi sudah mulai menurun.
“Jadi sekarang ini memang sudah masuk jadwal imunisasi lagi. Tetapi sebelum bulan vaksinasi di lakukan, ternyata kasusnya (PMK) sudah muncul duluan,” tegas Sintong.
Blora menjadi wilayah dengan kasus PMK tertinggi di Jateng
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah, Ir Ignasius Hariyanta Nugraha MSi menambahkan, dari populasi ternak sapi di Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 1,3 juta ekor.
Sampai dengan Selasa 7 Januari 2025 jumlah sapi yang diduga terkena PMK tercatat mencapi 2.387 ekor. Kemudian yang sudah sembuh mencapai 25 ekor, dipotong sebanyak 20 ekor dan yang mati mencapai 56 ekor.
Sedangkan sisa kasus yang masih dalam proses penanganan mencapai 2.286 ekor.