SEMARANG, beritajateng.tv – Imbas Inpres efisiensi anggaran yang digalakkan Presiden Prabowo Subianto, akademisi perguruan tinggi merasa masalah bertubi-tubi datang ke dunia pendidikan.
Terlebih, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) menjadi salah satu kementerian yang terkena pemangkasan anggaran.
Diketahui, Kemendiktisaintek terkena pemangkasan anggaran sebesar Rp22,5 triliun dari total pagu anggaran 2025 Rp57,6 triliun.
Dosen Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Diponegoro (Undip), Nuriyatul Lailiyah, pun mempertanyakan arah prioritas Pemerintah RI di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto.
Ia turut mengkritisi pendidikan dan kesehatan yang justru masuk sebagai program pendukung, bukan prioritas.
BACA JUGA: Pengamat Sebut #KaburAjaDulu Cerminan Frustrasi Atas Kebijakan Prabowo: Di Sini Penuh Ketidakpastian
“Investasi terbaik bagi saya itu pendidikan, kalau kita memang mau generasi emas beneran. Makan bergizi itu penting, tapi kan sempat anak Papua menolak MBG viral di medsos. Mereka lebih pilih pendidikan gratis, kenapa? Karena pendidikan itu bisa jadi alat untuk mobilitas vertikal, dari yang tadinya tidak punya akses jadi punya akses,” ungkap Nuri.
Di tengah efisiensi yang ia anggap sebagai pemangkasan anggaran tak rasional ini, Nuri berharap pemerintah bisa kembali menaruh perhatian lebih di bidang pendidikan.
Salah satunya adalah gaji yang layak untuk tenaga pengajar, mulai dari guru hingga dosen. Sebab, kata dia, kualitas pendidikan tidak akan tercipta tanpa adanya upah yang layak.
Pihaknya pun turut mengkritik kebijakan pemerintah yang ingin membangun sekolah unggulan di daerah.