Bahkan, kata Herry, Robig tak memiliki niat jahat.
“Dia [Robig] hanya bisa melihat waktu itu ada orang yang mengendarai motor terus membawa sajam dan ada yang di kejar. Dia gak punya niat jahat, gak punya misi untuk menembak sampai meninggal,” tegas Herry.
Menurutnya, penembakan yang Robig lakukan adalah pencegahan agar tak terjadi tawuran.
“Dia [Robig] kaget, dia kan melakukan pencegahan kalau terjadi [tawuran]. Kan misalnya kita [Robig] berpikir kalau itu [tawuran] terjadi dan kita biarkan.
Herry menegaskan, Robig berada di posisi yang dilematis.
“Kalau di depan itu dia [Robig] hanya berdiri di situ, siapa yang berani mengatakan di depan gak ada tawuran, luka-luka, ataupun saling meninggal dunia? Yang di salahkan siapa? Pasti polisi, melalui apa? Melalui CCTV. Ini kan posisi Robig kalau membiarkan salah, ketika bertindak juga salah,” beber Herry.
Saat melakukan penembakan, kata Herry, Robig sudah mengeluarkan peringatan lisan.
“Dia melakukan penembakan, dia mengeluarkan peringatan dengan lisan, ‘saya polisi’. Dia juga menggunakan pistolnya untuk menembak ke atas,” pungkas Herry. (*)
Editor: Farah Nazila