“Jateng jadi ukuran Partai Buruh. Kita sudah maping DPR RI kita di Cilacap, Jepara, dan Kabupaten Tegal. Setelah kita mapping, ada salah satu kelompok nelayan terbesar gabung Partai Buruh. Ada ponpes yang deklarasi dengan Partai Buruh. Kita awalnya khawatir mengandalkan manufaktur, tetapi ada suara lain dari ponpes,” jelasnya.
Sebut ada kekhawatiran partai besar terhadap suara buruh di Jateng
Disinggung soal bertarung melawan partai kuat di Jateng yakni PDI Perjuangan, Aulia mengaku memang eksistensi partai banteng itu menjadi lawan kuatnya. Kendati demikian, Aulia menceritakan bahwa ada partai kuat lain, yaitu Partai Gerindra, yang menurutnya merasa terancam dengan kehadiran Partai Buruh dengan ceruk suara masyarakat kelas pekerja.
“PDI Perjuangan itu memang begitu dahsyat, sebenarnya bukan hanya PDIP, tetapi partai putih [Gerindra] pun kemarin ada salah satu petinggi yang minta saya untuk tidak masuk kawasan industri. Itu tidak ada efeknya, kami akan tetap maju,” tegasnya.
Pihaknya tak gentar dengan ancaman yang ia beroleh. Alasannya, buruh pabrik di Jateng menjadi penyumbang suara terbesar bagi Partai Buruh, yang mana calegnya pun berasal dari buruh itu sendiri.
BACA JUGA: Partai Buruh Tolak Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran, Said Iqbal: Memangnya Kita Pengemis?
“Kalau mereka klaim ‘bagian ini milik kami’, itu tidak menurut Partai Buruh. Pabrik itu ada buruhnya dan buruhnya sudah ke Partai Buruh, mereka punya HAM. Mereka mau mendukung apa pun itu terserah mereka,” jelasnya.
Ia menyebutkan wilayah Mijen, Kota Semarang sebagai salah satu daerah perebutan antara basis suara Partai Buruh dan Partai Gerindra. Tak khawatir dengan itu semua, Aulia mengaku partainya memiliki cara unik dalam berkampanye yang tak partai pesaing lainnya miliki.
“Di Mijen, persaingan semakin ketat. Ada beberapa keresahan timbul dari mereka. Mereka tidak bisa melakukan kampanye Partai Buruh yang jadi unik karena tidak punya strategi ‘Sasapa’, salam satu pabrik,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi