Bambang Pacul tegaskan sejarah bersifat subjektif
Lebih lanjut, Bambang Pacul menegaskan sejarah bersifat subjektif. Ia mencontohkan penulisan sejarah yang India lakukan terhadap Pakistan.
“Coba kalau kamu tulis sejarah Pakistan itu, bunuh-membunuh kaya begitu, ya toh? Berat sekali, pasti subjektif, sejarah itu pasti subjektif,” paparnya.
Jikalau nanti penulisan ulang sejarah Indonesia tak sesuai dengan apa yang PDIP anggap benar, maka Bambang Pacul menyebut partainya akan menulis sejarah versinya sendiri.
“Kalau nanti sejarah yang mereka buat itu tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan ya PDIP pasti bikin sejarah sendiri lah, dengan menampilkan fakta-fakta,” pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon kembali memantik kontroversi setelah menyebut pemerkosaan massal dalam kerusuhan Mei 1998 hanya sebatas “cerita” tanpa bukti.
BACA JUGA: Berikut 3 Wisata Edukasi Bersejarah yang ada di Semarang, Cocok Buat Pelajar!
Pernyataan tersebut ia lontarkan dalam wawancara bersama jurnalis Uni Zulfiani Lubis yang tayang di kanal YouTube IDN Times, Rabu, 11 Juni 2025.
Dalam wawancara itu, Fadli mengungkapkan gagasannya perihal pentingnya penulisan ulang sejarah.
Salah satu alasannya, kata Fadli, ialah untuk mengklasifikasikan rumor-rumor yang publik anggap telah menjadi fakta. Pihaknya pun menjadikan tragedi kekerasan seksual terhadap perempuan di masa kerusuhan 1998 sebagai salah satu contohnya.
“Pemerkosaan massal kata siapa itu? Enggak pernah ada proof-nya. Itu adalah cerita. Kalau ada, tunjukkan; ada enggak di dalam buku sejarah itu?” kata Fadli Zon. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi