Scroll Untuk Baca Artikel
Pendidikan

Lomba Geguritan FTBI Tingkat Jawa Tengah, Siswi SD Hj. Isriati Baitturahman 1 Rebut Juara Harapan 1

×

Lomba Geguritan FTBI Tingkat Jawa Tengah, Siswi SD Hj. Isriati Baitturahman 1 Rebut Juara Harapan 1

Sebarkan artikel ini
Siswi SD Hj. Isriati Baitturahman 1, Madeena Syaraffa, harus puas dengan juara harapan 1 saat tampil dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Provinsi Jawa Tengah. (Foto: Dok. Pribadi)

SEMARANG, beritajateng.tv – Siswi SD Hj. Isriati Baitturahman 1, Madeena Syaraffa, berhasil menyabet harapan 1 lomba geguritan dalam ajang Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Sebelumnya, ia bersama Theodorus Dimas Atmaja dari SD Santo Antonius 02 berhak mewakili Kota Semarang untuk maju ke FTBI tingkat Provinsi Jawa Tengah di Kabupaten Jepara, beberapa hari lalu.

Di kategori geguritan, Madeena Syaraffa berhasil menyabet harapan 1 sementara Theodorus Dimas gagal menyabet juara. Adapun Kabupaten Banjarnegara berhak keluar sebagai juara umum FTBI Jawa Tengah.

“Waktu final sebenarnya sudah tampil bagus, tapi saingannya dari luar daerah lebih keren lagi. Mereka lebih bagus karena mungkin menjadi bahasa sehari-hari bahasa kromo,” kata Juri Lomba geguritan di tingkat Kota Semarang, Christina Tri Suprihani, kepada beritajateng.tv, Selasa, 5 November 2024.

BACA JUGA: 224 Siswa SD se-Semarang Bersaing di Festival Tunas Bahasa Ibu 2024, Siapa Bakal Lanjut ke Tingkat Provinsi?

Christina menjelaskan, penilaian lomba geguritan terdiri dari beberapa indikator. Mulai dari wicara sebesar 40 persen, wirasa atau penghayatan sebesar 40 persen, dan wiraga atau ekspresi gerak sebesar 20 persen.

Wicara menjadi salah satu indikator dengan presentase penilaian tertinggi. Di sisi lain, Christina menilai jika generasi muda di Semarang masih perlu pembiasaan penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari.

Hal itu berbeda dengan daerah lain seperti Klaten, Magelang, dan Solo yang telah terbiasa berbahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari.

Pengenalan budaya melalui mulok

Lebih jauh, Christina menilai, potensi geguritan di Kota Semarang sebenarnya luar biasa. Mulai dari adanya muatan lokal (mulok), lomba antar siswa, hingga workshop guru-guru untuk pembuatan geguitan.

Tinggalkan Balasan