“Dan untuk biogas dari tahu justru kita mandiri dulu, mandiri buat warga swadaya, satu digester untuk 12 rumah. Selain itu juga digunakan untuk penerangan listrik di jalan, penggerak genset untuk Pamsimas (Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat),” tuturnya.
Menurutnya, dalam satu RT itu terdapat sekitar 150 kepala keluarga yang beroleh aliran Pamsimas dengan tenaga biogas. Tentunya, sosialiasi dan pengajaran secara terus-menerus kepada warganya menjadi kunci penting untuk keberlanjutan EBT ini. Sebab, dalam penerapan EBT ini tentunya sempat mengalami keraguan dari warganya.
BACA JUGA: Ungkap Potensi Energi Terbarukan di Jateng, Gus Yasin: Ada Banyak Namun Belum Maksimal
“Tetapi permasalahannya pelaku peternakan dan pertanian itu, kekhawatiran mereka kalau jadi gas nanti pupuknya kurang,” bebernya.
“Tetapi kita buktikan ketika sudah masuk bio slurry untuk pupuk itu hasilnya luar biasa, masyarakat bisa menerima,“ pungkas Haryanto.
Ke depannya, Haryanto akan mengembangkan biogas dari kotoran domba. Inovasi ini juga terdukung dengan desanya yang memiliki ribuan domba sebagai ternak. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi