“Bukan (tidak terima dengan hasil). Kita dari awal itu kalah menang biasa. Jadi kita hanya melihat proses dan cara yang tidak benar. Dan itu kebiasaan 01 bicara by data, soal kalah menang itu wajar dalam dunia demokrasi, tetapi caranya yang benar,” tegasnya.
Bahkan, jika memang Prabowo-Gibran akan meneruskan jalan Jokowi-Ma’aruf Amin kelak, maka ia akan menghormati hal tersebut.
“Siapa pun presidennya kita akan hormati, tetapi harus dengan cara yang benar,” ungkapnya.
Listiani mengaku tak terkejut jika dirinya harus berhadapan dalam urusan kecurangan seperti ini. Alasannya, penyimpangan selama proses Pemilu bukan kali pertama, namun sudah dihadapi sejak pengajuan calon.
“Sebetulnya bukan hanya ini kan, dari prosesnya saja sudah tidak benar, hampir semua teriak kan? Dari proses MK, DKPP, itu kan sudah jelas. Jadi itu bukan by data lagi, itu riil rakyat Indonesia semua bisa melihat bagaimana putusan MK dipakai patokan, padalah PKPU-nya belum diperbaiki,” terangnya.
“PKPU belum diperbaiki, sudah dipakai untuk mencalonkan. Kalau obyektif, harusnya sudah diskualifikasi, siapa pun tau itu sebetulnya,” tandas Listiani.
Selain itu, Listiani menuturkan bahwa kecurangan tidak hanya sebatas pada penggelembungan suara masih untuk Prabowo-Gibran. KPPS yang melarang masyarakat untuk mendokumentasikan hasil C1, menurut Listi, kerap terjadi di beberapa TPS di Jawa Tengah.(*)
Editor: Farah Nazila