Mereka banyak membuka studio foto di kawasan-kawasan ramai nan sibuk. Misalnya di Jalan Mataram, Jalan MT Haryono, Jalan Petudungan, hingga di Jalan Pemuda.
Bisa dibilang, orang-orang Tionghoa mulai merajai dunia fotografi di Semarang. Tak hanya toko, mereka juga mencoba peruntungan baru di jasa foto keliling.
“Pasca orang-orang Tionghoa punya usaha studio foto ada juga yang beralih ke jasa foto keliling,” jelas Yuwono.
BACA JUGA: Meniti Jejak Fotografi Budaya: Pameran Eloknya Kebudayaan Semarang lewat Bingkai-bingkai Foto
Sayangnya, kejayaan toko kamera milik orang Tionghoa tak berlangsung lama. Sekitar tahun 1900-an, studio foto milik orang-orang Tionghoa mulai tutup satu persatu.
Menurut Yuwono, modernisasi kamera menjadi salah satu alasan utama tutupnya toko itu. Mereka jelas kalah bersaing dengan produk-produk kamera yang terus berkembang.
“Studio yang pernah eksis ada Mifon, Oeilan, Java Studio, King Son, Chung Hwa Photo Supply. Kalau yang masih buka sampai sekarang adalah Sinar Cipta,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi