“Untuk replika naskah di buat semirip mungkin dengan aslinya, jadi walaupun replika tidak sembarangan. Kami juga sudah izin ke Perpusnas,” sambungnya.
Bagian dari sejarah bangsa
Lebih jauh, Budi menyampaikan, Semarang merupakan salah satu wilayah yang menyimpan banyak peninggalan sastra. Pada jamannya, Kampung Sekayu bahkan menjadi pusat penyalinan buku di Jawa Tengah.
Oleh karena itu, ia berharap, masyarakat dapat lebih menghargai adanya manuskrip dan naskah kuno. Sebab menurut dia, naskah kuno masih sangat penting untuk dipelajari dan masih relevan dengan kehidupan sekarang.
“Selain itu juga harapannya banyak naskah kuno yang terselamatkan karena masyarakat kadang masih tertutup, menganggap itu sebagai warisan keluarga, di sakralkan dan sebagainya,” harap Budi.
BACA JUGA: Intip Asyiknya Siswa SDN Tugurejo 02 Belajar Sejarah di Monumen Watu Tugu Semarang
Sementara itu, Pakar Sastra Jawa Unnes, Yusron Edi Nugroho mengapresiasi pameran manuskrip dan naskah kuno oleh Perpustakaan Jawa Tengah. Menurutnya, dengan pameran ini, masyarakat akan semakin mudah mengetahui sejarah bangsa.
Mengingat, penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa mulai marak selepas Perang Diponegoro. Atau sekitar tahun 1830-an setelah kehidupan sosial mulai tenang paska peperangan.
“Dengan di-display seperti ini, orang tau sejarah kita, tumbuh kecintaan generasi muda pada naskah-naskah kuno bersejarah,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila