SEMARANG, beritajateng.tv – Pembakaran rumah arwah menjadi salah satu tradisi yang kerap orang-orang Tionghoa lakukan menjelang perayaan Imlek.
Orang Tionghoa percaya membakar rumah arwah yang terbuat dari bambu dan kertas itu merupakan sarana untuk mengirim doa sekaligus menghormati leluhur yang telah meninggal dunia.
Di Kota Semarang, salah satu pengrajin rumah arwah yang masih bertahan adalah Ong Bing Hok. Ong, sapaan akrabnya, merupakan pengrajin ruang arwah generasi keempat.
Seperti tahun biasanya, pesanan rumah arwah kian meningkat saat menjelang Imlek seperti saat ini.
“Rumah arwah ini biasanya di gunakan untuk upacara leluhur menjelang Imlek, jadi sekarang sudah agak ramai. Lebih ramai dari biasanya, karena banyak sembahyangan, banyak orang yang ngirim rumah, uang, dan pakaian,” ucap Ong kepada beritajateng.tv, belum lama ini.
BACA JUGA: Pertamina Antisipasi Ketersediaan BBM Selama Libur Panjang Isra Mikraj dan Imlek 2025
Ong menyebut, rumah arwah secara kasat mata memang mirip miniatur rumah seperti biasanya. Mulai dari bangunan utama, halaman, almari, baju, gunung emas, pakaian, koper, kendaraan, hingga orang-orangan.
Untuk model rumahnya pun cukup beragam. Seperti rumah biasa, hotel, cafe, restoran, dan masih banyak lagi.
Hanya saja, rumah arwah memiliki aturannya sendiri. Yakni, desain rumah arwah tak boleh dibuat sama dengan rumah yang ada di dunia.